Halo Kawan Aksara,
Beberapa waktu
lalu, aku mengikuti Kemah Penerjemahan yang diadakan Balai Bahasa Jateng di
Bandungan, Kabupaten Semarang. Nah, materi pertama hari itu dibawakan oleh Pak
Heru Kurniawan berjudul Menulis Cerita Anak Jenjang C. Materinya bergizi dan
dibawakan Pak Heru, dosen UIN Purwokerto sekaligus pendiri Rumah Kreatif Wadas
Kelir juga di Purwokerto.
Sebelumnya, Pak Heru menegaskan bahwa cerita anak adalah buku yang sengaja ditulis untuk anak-anak. Karena itulah, cerita anak tentu saja harus:
1. 1. Menggambarkan kehidupan anak-anak.
2. 2. Cerita anak juga dibatasi oleh pengalaman dan
pengetahuan anak.
3. 3. Sesuai jangkauan emosional dan kognitif anak.
4. 4. Mengantarkan dan berangkat dari sudut pandang
anak.
Untuk itu,
penulis tentu saja harus bisa menuliskan masalah dan kehidupan seorang anak.
Bukan tokoh anak-anak yang punya pemikiran dan sudut pandang orang dewasa, ya.
Kerap kita temui cerita anak yang tokohnya usia 8 tahun tapi gaya berbicara dan
gaya berpakaiannya seperti orang dewasa 30-an tahun. Suka menasehati dan
menggurui. Jangan-jangan, kita kurang menyelami bagaimana anak usia sekolah
dasar berbicara dan berpikir? Masih terselip suara si penulisnya lewat tokoh
anak?
Menurut Pak Heru, isi cerita anak terdiri dari dua hal yaitu kesenangan anak, lalu pendidikan dan personalitas. Jadi, yang diutamakan dalam cerita anak adalah bagaimana membuat anak, si pembaca senang dan terhibur. Setelah itu, barulah penulis menyelipkan hal berikutnya dalam cerita anak yaitu pendidikan dan personalitas.
Karena itulah,
kita sering mendapatkan buku-buku bacaan anak dari luar negeri ceritanya lucu,
kocak dan konyol. Kita sering kesulitan mendapatkan pesan moral dari cerita
mereka, tapi kisahnya sangat menghibur anak-anak. Ya, tujuan utama menulis
cerita anak adalah menghibur para pembaca kita, yaitu anak-anak.
Dua hal yang
kita usahakan ada di dalam cerita yang kita tulis adalah hiburan dan
pendidikan. Ceritanya harus menghibur dan tak membosankan. Juga, kita selipkan
pengetahuan dan hikmah yang bermanfaat dalam cerita tersebut. Tentu saja, tidak
boleh menggurui, ya. Bagaimana mengemas cerita anak yang menghibur dan
mendidik? Kita bisa mengambil ide dari pengetahuan yang kita miliki, pengalaman
ketika masih kecil atau pengalaman dengan anak-anak, lalu menuliskannya dalam
bahasa anak, yang mudah dimengerti anak-anak.
Beberapa tahun ini, Kementerian Pendidikan Dasar sudah menetapkan perjenjangan bacaan yang disesuaikan dengan perkembangan anak:
1. 1. Pembaca Dini, Jenjang A (0-7 tahun).
2. 2. Pembaca Awal, Jenjang B1-B3 (6-910tahun).
3. 3. Pembaca Semenjana, Jenjang C (10-12 tahun).
4. 4. Pembaca Madya, Jenjang D (13-15 tahun).
5. 5. Pembaca Mahir, Jenjang E (>16 tahun).
Tentang Buku
Bacaan Jenjang C
Nah, untuk tahun
2025 bahan bacaan yang banyak dibutuhkan Kementerian Pendidikan adalah
buku-buku untuk pembaca semenjana atau jenjang C. Jadi, ini saatnya teman-teman
penulis mempersiapkan naskah untuk jenjang C ya, pembaca usia 10-12 tahun.
Bagaimana naskah buku untuk jenjang C? Menurut Pedoman Perjenjangan Buku dari Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Dasar, buku jenjang C adalah jenjang pembaca yang mampu membaca teks secara lancar berbentuk paragraf-paragraf dalam satu wacana.
Karakteristik
Buku Jenjang C
Karakteristik
buku jenjang C ini adalah mengembangkan kemampuan berpikir logis, menguasai
ilmu pengetahuan umum dan dan belajar secara mandiri.
Perkiraan
kesetaraan pada jenjang ini adalah anak usia 10-13 tahun. Walaupun, pendekatan
kesetaraan ini tidak selalu dapat digunakan sebagai panduan karena kemampuan
membaca anak walaupun usianya sama bisa berbeda, ya Kawan Aksara.
Menurut Burhan
Nurgiyantoro dalam buku Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak terbitan UGM Press, cerita anak
ada beberapa genre yaitu fiksi, non fiksi, sastra tradisional, puisi dan komik.
Penulis cerita anak bisa mengombinasikan beberapa genre untuk membuat karya
yang memikat pembaca anak. Misalnya menuliskan dongeng atau cerita rakyat yang
dikemas lebih menarik untuk anak-anak gen Alpha.
Ada Tiga Strategi
Menulis Cerita Anak yaitu:
1. 1. Retelling
Menceritakan
kembali cerita rakyat sesuai aslinya tapi sesuai usia dan bahasa yang mudah
dimengerti anak.
2. 2. Rekonstruksi
Menyusun
kembali cerita rakyat atau dongeng agar lebih menarik dan modern ceritanya.
3. 3. Dekonstruksi
Mengacak-acak
cerita rakyat yang ada agar menjadi cerita baru yang lebih menarik.
Ada perbedaan
dengan cerita sejarah dan cerita berlatar sejarah. Cerita sejarah adalah
sejarah asli yang diceritakan ulang oleh penulis. Sedangkan cerita berlatar
sejarah, kisah sejarahnya hanya menjadi latar belakang cerita.
Cerita anak yang menarik adalah yang mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman anak-anak. Kisahnya juga mengombinasikan hiburan dan pendidikan. Jadi, anak mendapatkan paket lengkap dari cerita yang kita tulis. Misalnya nih sains fiksi dan cerita fantasi. Anak-anak suka kisahnya dan mendapatkan pengetahuan dari cerita kita.
Resep jika ingin
produktif dari Pak Heru, buatlah cerita anak yang memenuhi kriteria di bawah
ini:
1. 1. Buat Jelas.
2. 2. Buat Mudah.
3. 3. Buat Menyenangkan.
4. 4. Buat Menarik.
Tips sukses untuk
menulis buku cerita anak menurut Pak Heru:
1. 1. Amati judul-judul cerita yang lolos seleksi untuk memicu idemu berkarya.
2. Bahasa penulis menyangkut gaya penulisan, sesuaikan gaya penulisanmu sesuai bahasa anak jenjang C.
3. 3. Rajin berlatih dan percaya diri bahwa tulisan
kita unik, menarik, dan menghibur pembaca.
Bagi kalian yang ingin tahu contoh buku-buku jenjang C terbitan Kementerian Pendidikan, bisa cek di webnya. Nah, itulah materi
Menulis Cerita Jenjang C yang berhasil kurangkum dari Pak Heru, semoga bermanfaat ya, Kawan
Aksara untuk mengikuti seleksi buku bergambar Balai Bahasa Jateng tahun 2025.
Sukses ya!
0 Komentar