Halo Kawan Aksara,
Kamis lalu (07/11), aku mengikuti Pelatihan Menulis Cerpen yang diadakan oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Semarang bekerja sama dengan Program Studi Sastra Indonesia FIB UNDIP. Acara diadakan di Art Centre UNDIP Semarang. Acara dibuka oleh Ketua Dekase Semarang Mas Adhitia Armitrianto yang menceritakan tujuan pelatihan ini yaitu meningkatkan keterampilan menulis kreatif para penulis di Jawa Tengah.
Tak heran, acara ini disambut antusiasme hingga diikuti 100 lebih peserta dari berbagai kota, usia dan latar belakang berbeda. Ada yang datang dari Jepara, Demak, Temanggung, Kudus dan kota lainnya. Ada mahasiswa, siswa SMA, blogger, guru, dan banyak lagi.
Peserta dari Kelingan Keluarga Literasi Ungaran |
Baca Juga: Tips Menulis Esai
Hadir pula para anggota Kelingan, Keluarga Literasi Ungaran tak kalah menggebunya ingin belajar. Pelatihan ini diadakan sehari mulai pukul 09.00-15.30 WIB. Diisi lima narasumber yang mumpuni dalam menulis fiksi.
Narasumber pertama adalah Mas Yuniardi Fadilah, S.S, M.A, yang akrab disapa Didit. Beliau adalah penulis dari Jawa Timur kelahiran tahun 1993. Ia adalah dosen Sastra Indonesia di UNDIP. Menurutnya, ia bukanlah sastrawan namun pembaca yang tekun. Ia membawakan materi Dasar Penulisan Kreatif.
Apa itu Penulisan Kreatif?
Penulisan kreatif adalah bentuk seni yang melampaui penulis tradisional yang memungkinkan setiap orang mengekspresikan pikiran, ide dan imajinasi melalui kekuatan kata-kata.
Menurut Mas Didit, menulis fiksi tak perlu runtut mulai dari judul, pembukaan dan isi. Kamu bisa menulis sesukamu. Misalnya, mulai dari ending tulisan jika kamu sudah menemukan akhir cerita untuk naskahmu.
Memulai penulisan ada tiga langkah yaitu:
1. Membuat Kerangka Karangan
Menulis outline atau kerangka memudahkan kamu menulis dengan runtut dan tidak loncat-loncat, bahkan ngalor-ngidul. Padahal, jumlah kata cerpen kan terbatas jadi penceritaannya harus to the point. Walaupun begitu, outline yang kita buat tidaklah saklek. Bisa dimodifikasi jika ada ide baru.
Mas Didit in action membawakan materi dasar penulisan kreatif |
2. Melakukan Riset.
Membuat tulisan kreatif dibutuhkan riset baik riset dari buku, internet, ataupun wawancara narasumber. Kekuatan penulis bernas seperti Pramoedya Ananta Toer dan Leila S. Chudori terletak pada riset yang mendalam untuk setiap tulisannya.
Mereka melakukan riset berbagai buku, berita, serta melakukan wawancara dengan pihak terkait. Tak heran, karya keduanya Pak Pram dengan tetralogi Bumi Manusia dan Bu Leila dengan Laut Bercerita sangat dalam.
Baca Juga: Tips Self Editing Ary Nilandari
Penulis zaman sekarang dimudahkan untuk riset tulisan. Tak hanya mencari bahan dengan wawancara dan mengulik buku-buku rujukan di perpustakaan, kita bisa menjelajah internet untuk riset yang lebih cepat dan mudah.
3. Mulai Menulis yang Kamu Temukan
Langkah ketiga, setelah riset dan mengumpulkan bahan tulisan, maka langkah selanjutnya adalah mulai menulis hal-hal yang kamu temukan saat proses riset tadi. Dengan berbekal kerangka karangan dan bahan tulisan yang cukup, diharapkan kamu bisa menulis cerpenmu tanpa kendala.
Bagaimana Mencari Ide?
Mencari ide menurut Mas Didit, bisa melalui berbagai cara:
1. Pengalaman Pribadi Penulis
Tulislah hal yang kamu kuasai atau dekat denganmu. Banyak penulis yang menuliskan kisah pribadinya menjadi cerpen atau buku. Contohnya N.H Dini dalam Seri Cerita Kenangan. Ia menuliskan pengalaman hidupnya saat kecil hingga dewasa di seri tersebut.
2. Berangkat dari Kisah Sejarah
Ada juga penulis yang memulai naskahnya dari kisah sejarah. Jadi, penulis mengembangkan ceritanya dengan latar belakang kisah sejarah misalnya Perang Diponegoro, Palagan Ambarawa dan lainnya. Beberapa penulis berlatar belakang sejarah adalah Pramoedya dan Iksaka Banu.
3. Menggunakan Skenario Bagaimana Jika?
Aku suka menggunakan rumus Bagaimana Jika? Untuk melatih anak-anak belajar menulis di Kelas Penulis Cilik yang aku ampu. Dari prompt Jika Aku Menjadi Tsunami, kita bisa memantik ide cerita. Anak-anak kelas Penulis Cilik bisa berimajinasi sebebasnya dan menulis ceritanya sendiri.
Kamu juga bisa menulis cerita dari fenomena dan isu kontemporer yang terjadi di sekitarmu dan membawa efek pada masyarakat misalnya tentang kasus korupsi di lembaga pemerintah, masalah judi online, dan lainnya. Ingat, jangan lupa riset, ya!
5. Hasil Mimpi Semalam
Apakah kamu ingat plot mimpimu yang spektakuler semalam? Ayo, dicatat dan jadikan cerita! Penulis cerita klasik berjudul Frankenstein, Mary Shelley menuliskan ceritanya setelah mengingat mimpinya semalam. Wow banget, ya.
Materi dari Mas Hamdan tentang karakter tokoh yang menarik |
6. Hasil Riset
Menulis cerpen dan novel dari hasil riset pun bisa kamu lakukan. Misalnya nih, ada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya yang membahas tentang gaya hidup remaja perkotaan yang sering nongkrong di kafe atau disebut cafe addict. Nah, dari hasil penelitian ini bisa kamu jadikan ide ceritamu.
Membuat Karakter Tokoh Menarik
Narasumber kedua adalah Mas Muh. Hamdan
Mukafi, S.S, M.A seorang dosen muda dan aktivis teater. Beliau membawakan
materinya dengan lincah dan ekspresif hingga peserta pun semangat. Ide-idenya
pun out of the box, kok kepikiran ya? Iri deh, hehe. Ia membawakan materi Pembentukan
Karakter dalam Karya Sastra.
Baca Juga: Melawan Fear of Blank Page
Karakter tokoh yang menarik, akan
menyihir pembaca untuk menyelesaikan membaca naskah kita. Namanya karakter tokoh
ya, biasanya kompleks ya tidak hitam-putih atau terlalu sempurna seperti banyak
kita temukan dalam novel romantis remaja.
Blogger Semarang Gandjel Rel sibuk menyimak |
Pembentukan karakter tokoh kita tak hanya ditunjukkan lewat narasi dan dialog dalam naskah. Tapi, bisa ditunjukkan lewat kebiasaan tokoh sehari-hari, misalnya ia diceritakan bangun subuh, salat, membereskan rumah lalu berolahraga, maka pembaca bisa menyimpulkan tokoh kita adalah orang yang rajin dan teratur hidupnya.
Kedua, cara tokoh berinteraksi
dengan orang lain, mencerminkan sifat dan perilakunya. Misalnya, tokoh kita
meremehkan nasehat seorang temannya. Pembaca bisa menyimpulkan tokoh kita ini
tak mau menerima pendapat orang lain atau sombong. Karakter tokoh bisa
dikembangkan juga dengan menempatkannya pada situasi sulit dan bagaimana ia
bereaksi?
Penulis bisa juga mempelajari
tentang sifat introvert dan ekstrovert pada manusia lalu menuliskan karakter tokohnya.
Pemahaman mendalam tentang kepribadian dan pengamatan perilaku, dapat membantu
kita menciptakan karakter tokoh yang tiga dimensi dan lebih berpengaruh pada
pembaca.
Mengangkat Isu-Isu Kontemporer
dalam Cerpenmu
Narasumber berikutnya adalah
Herpin Nopiandi Khurosan, S.S, M.A, yang mengangkat tema Isu-Isu Kontemporer
dalam Karya Sastra. Menurut pengajar yang berasal dari Jawa Barat ini, sebelum
memilih tema cerita, kita riset dulu tentang jenis dan tema cerpen yang dimuat
suatu media. Karena satu media dan media lainnya berbeda selera dalam pemilihan
tema dan gaya menulis.
Isu kontemporer dalam cerpen dari Kang Herpin |
Bisa juga merekonstruksi cerita
sastra klasik, misalnya menulis ulang cerita Bawang Merah dan Bawang Putih yang
berbeda dengan kisah aslinya. Seperti cerpen Raja Kuru karya Yanusa Nugroho
tahun 2001 yang merekonstruksi kisah Mahabarata.
Kalian bisa menuliskan isu Postmemory
and Trauma Studies, misalnya bagaimana kehidupan para mantan jugun ianfu setelah
disiksa tentara Jepang dan bagaimana mengatasi trauma mereka. Cerpen yang
mengangkat isu ini contohnya Clara, atawa Wanita yang Diperkosa karya Seno
Gumira Ajidarma, 1999.
Seluruh peserta pelatihan menulis cerpen Dekase Semarang |
1 Komentar
Ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga setelah pelatihan ini makin banyak melahirkan penulis-penulis cerpen dengan karya terbaiknya.
BalasHapus