“Ko bisa baca ini, Paulus?” tanya Yune memperlihatkan halaman buku cerita bergambar pada anak di depannya.
Ada sebaris
tulisan di bawah gambar ilustrasi yang memikat.
“Sa’ tra bisa baca, Kaka Yune.” sahut anak jangkung berusia 10 tahun itu menggeleng sambil
menggaruk-garuk rambut keritingnya.
Yune
mengangguk-angguk. Ia meneruskan read aloud buku Rambut Panjang Alika dengan
wajah ceria di bawah pohon. Di sekelilingnya, berkumpul anak-anak beragam usia
dari balita hingga remaja menyimaknya antusias.
Yune Angel Menggebah Monster Buta Huruf di Papua Selatan |
Baca Juga: Yulianto Pegiat Literasi di Grobogan
Lulusan Universitas Atamajaya Jurusan Hukum ini kembali ke kampungnya setelah lulus kuliah. Sudah lama, Yune prihatin melihat keadaan anak-anak tetangga di sekitar rumahnya di Gudang Arang, Kelurahan Kamahedoga, Kabupaten Merauke di Papua Selatan. Mereka jarang ada yang bersekolah. Ketika sekolah, biasanya hanya bertahan beberapa bulan saja.
Para orang tua di Papua Selatan
masih memiliki pemikiran kalau sekolah hanya membuang waktu. Bagi mereka, anak-anak
yang produktif adalah anak-anak yang bisa membantu orangtuanya mencari uang
dengan bekerja.
Bukanlah hal
aneh kalau anak-anak usia tujuh tahun tidak sekolah dan membantu orangtuanya bekerja
seperti mencari kayu bakar di hutan, berjualan sagu, dan pekerjaan kasar
lainnya. Setelah bekerja, biasanya anak-anak bermain di sekitar rumahnya.
Pemikiran ini
tentu saja fatal bagi masa depan anak-anak. Mereka tumbuh besar tanpa
pendidikan yang cukup hingga kelak mereka pun akan mengikuti jejak orangtuanya
bekerja serabutan karena tak punya pendidikan dan keahlian. Orang-orang akan
mudah membodohi mereka. Papua Selatan akan diam di tempat karena putera
daerahnya tak mampu membangun daerah mereka sendiri.
Baca Juga: Jadikan Perpustakaan Tempat Menyenangkan
Ya, Pendidikan
adalah kunci untuk meraih penghidupan lebih baik untuk orang-orang Papua Selatan.
Di sela kesibukannya bekerja, Yune pun mengajar anak-anak tetangganya membaca
dan menulis.
Memulai Kelas
dengan Peralatan Seadanya
Tahun 2020, Yune
memulai mimpinya.
Rumah Yune terlalu
sempit untuk belajar. Maka, ia mengajak anak-anak tetangga untuk belajar di
bawah pohon. Ia memanggil anak-anak yang sedang asyik bermain untuk membaca
buku cerita bersamanya. Yune mengenalkan buku bacaan pada anak-anak itu. Mata
mereka berbinar mengamati halaman demi halaman buku bergambar yang dibelinya di
Yogya.
Baca Juga: Reading Class Bersama Kelingan
Agar lebih
nyaman, beberapa minggu setelah belajar di bawah pohon, Yune dan orang-orang
kampungnya memutuskan membangun bevak, atau saung kecil untuk belajar. Mereka bisa
belajar lebih nyaman di bevak karena terlindung dari panas dan hujan.
Saat mulai mengajar, ada 40 anak
yang tinggal di sekitar Gudang Arang belajar bersamanya. Yune mengajar mereka
dengan buku, papan tulis dan spidol miliknya.
Yune takjub
dengan antusiasme anak-anak belajar. Fitrah manusia adalah belajar. Mereka menyerap
pengetahuan baru tentang huruf dan angka begitu cepat. Ada beberapa anak yang
mulai bisa mengeja buku yang Yune bawa.
Agar kegiatan
belajar lebih menyenangkan, perempuan kelahiran Merauke 21 Juni 1993 ini mengajak anak-anak belajar di mana saja. Mereka
akan berjalan beriringan sambil bernyanyi untuk pergi belajar di hutan. Mereka
juga belajar di tepi Sungai Maro yang berair jernih. Seru!
Yune memberi
nama kegiatan belajar ini sebagai Sekolah Alam dan Bevak Literasi Paradise.
Agak terlalu wah ya namanya, tapi mencerminkan mimpi besar Yune yang ingin mendirikan sekolah di daerahnya. Kelas sederhana ini tempat untuk belajar membaca dan menulis secara gratis. Metode
belajar di alam terbuka ternyata menarik perhatian anak-anak dan orangtua
mereka.
Kelas yang
Fleksibel Waktunya
Agar anak-anak
bisa tetap bekerja membantu orangtua, Yune menetapkan jadwal belajar di sekolah
hanya hari Kamis-Sabtu sore. Jadwal sekolah fleksibel dan tanpa biaya membuat para
orangtua tak keberatan anak-anaknya belajar di Sekolah Alam dan Bevak Literasi
Paradise.
Seiring waktu, Yune tak hanya
mengajar baca dan tulis saja. Ia menekankan pendidikan karakter yang dibutuhkan
anak-anak untuk menjalani hidupnya dengan baik kelak. Bagaimana agar anak-anak
mencintai Tuhan, Tanah Air serta lingkungan yang mereka tinggali.
Yune bahkan
mengajari anak-anak bahasa Malind, bahasa daerah Merauke agar mereka lebih
mengenal akarnya. Tak lupa, Yune mengajari anak-anak berbagai pengetahuan yang
bisa menambah kualitas hidup mereka kelak. Seperti belajar bahasa Inggris dan mengolah
sagu serta belajar cara menanam mangrove
untuk melindungi pantai.
Yune berharap, setelah
belajar di kelasnya, anak-anak jadi bertambah wawasan dan pengetahuannya. Bumi
Tuhan itu begitu luas. Tak hanya Gudang Arang yang kecil ini saja. Mereka bisa
menjelajahi Bumi Tuhan dan meraih cita-cita mereka. Anak-anak seperti Paulus,
Julio dan Anita bisa punya cita-cita besar seperti anak-anak di Pulau Jawa. Tak
ada yang tak mungkin, bukan?
Bangunan Kayu
Lapis Tempat Menuntut Ilmu
Tiga tahun
berlalu, murid Yune kini berjumlah 90 anak. Bevak kecil mereka tak sanggup lagi
menampung kelas yang semakin ramai.
Kabar gembiranya,
sepak terjang Yune mulai mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Sekolah mereka
mendapatkan bantuan ratusan buku dari anggota dewan Provinsi Papua. Langkah
Yune terasa ringan karena banyak orang berjalan beriringan mendukungnya.
Suatu hari,
seseorang dari lembaga pemerintah menghubunginya. Kabar yang dibawa orang itu
membuatnya tersenyum seharian. Bagaimana tidak? Lembaga itu memberikan bantuan
berupa bangunan sekolah permanen untuk mereka!
Beberapa bulan
kemudian, bangunan yang didominasi kayu lapis ini pun berdiri. Mereka kini
punya tempat belajar yang nyaman. Bahkan ada ruang pertemuan dan perpustakaan
sekolah.
Tak hanya itu,
Yune dan murid-muridnya berhasil menumbuhkan tanaman mangrove yang subur di
pantai. Mereka bahkan mampu menyumbangkan bibit mangrove kepada berbagai
instansi dan komunitas di Merauke untuk menggalakkan kesadaran cinta lingkungan.
Tahun 2023 pula,
nama sekolah ini berubah menjadi Sekolah Alam Paradie. Sekolah yang awalnya belajar
di bawah pohon, kini mendapatkan pengakuan dari Pemerintah Kabupaten Merauke sebagai
lembaga pendidikan resmi.
Meraih Satu Indonesia Award
Tahun 2021
Kerja keras Yune mendapatkan
perhatian dan dukungan dari banyak pihak.
Salah satunya, PT. Astra International,
Tbk menganggap sepak terjang Yune sungguh inspiratif dan mengganjarnya dengan
Satu Indonesia Award bidang pendidikan tahun 2021. Program yang diusung Yune
yaitu Sekolah Alam dan Bevak Literasi Paradise ini menjadi inspirasi banyak
orang. Bahwa tak butuh modal besar untuk memulai wujudkan mimpimu.
Mimpi Yune dimulai dengan mengajar anak-anak di bawah pohon rindang.
Tahun ini, Yune mendirikan PKBM Paradise agar anak-anak didiknya bisa melanjutkan pendidikan formal. Kini, murid Sekolah Alam menjadi 132 orang. 64 orang diantaranya Yune daftarkan di PKBM agar mereka bisa mendapatkan nomor NISN dan melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Juga mendapatkan BOS untuk mendukung pendidikan mereka.
Ya, tak ada yang tak mungkin. Yune Angel Anggelia Rumeray, seorang perempuan muda dari Papua Selatan berhasil meraih impiannya yang berawal dari membacakan sebuah buku di bawah pohon untuk anak-anak yang dahaga akan ilmu pengetahuan. Satu langkah sangat berarti. Mulailah sekarang juga.
Sumber Foto: RRI.co.id dan Tribun Papua
Penulis: Bagus Priyanbada
22 Komentar
Semoga buta huruf bisa diberantas tuntas, ya. Terima kasih untuk orang-orang seperti Yune yang peduli dan berdedikasi
BalasHapusMasya Allah, bikin haru nih mbak baca ceritanya kak Yune. Bener-bener perjuangan ya memberantas "buta huruf" di Papua Selatan. Sukses selalu kak Yune...
BalasHapusOrang-orang sperti Yune ini menginspirasi banget... meski saya nggak bisa seperti Yune karena keterbatasan kondisi, tetapi saya juga bisa melakukan sesuatu untuk lingkungan terdekat... semoga upaya Yune akan menginspirasi orang lebih banyak lagi...
BalasHapusKeren sekali, orang yang menginspirasi dan berdampak gini memang patut diapresiasi juga di contoh ya mba. Dari hal yang sederhana sebuah buku dibawah pohon rindang yang sekarang meluas dan berdampak besar untuk anak-anak Papua
BalasHapusMasyaAllah. Saya kalau baca artikel sepertinya suka terharu banget, deh. Selalu salut sama yang peduli dengan pendidikan bahkan sampai terjun langsung ke lapangan. Semoga semakin banyak anak-anak Papua yang semangat sekolah
BalasHapusKeren banget sih, Yune Angel bisa menginspirasi kita semua kalau pemuda pemudi Indonesia bisa lebih peduli dengan saudaranya yang lain. Mengentaskan buta huruf dengan metode belajar yang menyenangkan. Kerja keras Yune sungguh luar biasa, kini impiannya bisa terwujud dan bonusnya jadi pemenang SATU Indonesia Award.
BalasHapusKeren banget Yune bisa memberantas buta huruf di Papua Selatan, tak heran semua usahanya membuahkan hasil dan diberi penghargaan oleh Satu Indonesia Award.
BalasHapusSemoga semakin banyak yang terinspirasi dengan kisahnya
Salut banget dengan sosok inspiratif Yune Anggel. Dia mampu menjadi penerang bagi anak- anak papua agar tidak buta aksara. Semoga semakin banyak lagi sosok anak muda yang berdedikasi seperti Yune
BalasHapusPapua selatan butuh pahlawan seperti yune angel ini ya mbak. biar anak2 di sana bisa menggapai impian mereka.
BalasHapussedih banget sebenarnya kalau baca berita tentang pendidikan negara kita ini yang mengalami kemunduran. bahkan anak smp bisa sampai nggak bisa baca itu gimana ceritanya? di lain pihak, kita melihat ada anak mudah seperti yune ini yang dengan tulus membantu agar anak-anak di daerah papua bisa membaca
BalasHapusSukses untuk kak Yune yang sudah berhasil memberantas buta huruf di Papua Selatan. Semoga menginspirasi generasi muda yg lain untuk memajukan pendidikan di Papua.
BalasHapusHebat kak Yune ini, dedikasinya untuk anak-anak di sana menjadikan mereka dapat banyak pengetahuan dan pendidikan. Semoga makin banyak lagi yang mendukung program kak Yune
BalasHapusKeren banget ya, Yune ini. Mengajar dari yang awalnya di bawah pohon, eh sekarang sudah punya tempat sendiri yang nyaman. Semoga banyak yang membantu ke depannya biar anak-anak juga mendapatkan pendidikan yang layak
BalasHapusSepanjang baca kisah ka Yune, aku tuh beneran takjub dan terharu sama segenap upaya yang dia lakukan untuk memberantas buta huruf di kampung halamannya.
BalasHapusSungguh mulia dan luar biasa sekali. Syukurnya, ada pihak yang peduli juga. Sehingga upaya menahun membuahkan hasil manis. Bangunan permanen serta ratussn buku 🤩. Semoga anak-anak di sana makin bersemangat menuntut ilmu dan menjadi contoh buat daerah lainnya bahwa keterbatasan bukan penghalang.
Setuju kak Pendidikan adalah kunci untuk meraih penghidupan lebih baik seperti Yune Angel Anggelia Rumeray, seorang perempuan muda dari Papua Selatan berhasil meraih impiannya yang berawal dari sebuah buku di bawah sebatang pohon rindang, dan dikelilingi anak-anak yang dahaga akan ilmu pengetahuan.
BalasHapusKeren sekali apa yang dilakukan oleh Yune Angel ini
BalasHapusSeperti namanya, dia adalah Angel bagi anak anak papua yang buta huruf
Salut sekali dengan totalitas serta dedikasi kak Yune Angel dalam mendampingi anak-anak Papua. Literasi ini penting sekali untuk membuka cakrawala dunia. Dimulai dari memberantas buta aksara.
BalasHapusselalu ada orang baik dan semoga apa yang dilakukan Yune tak berhenti dalam penghargaan ini dan semoga ada penerusnya anak muda lain yang masih peduli bahwa di Indonesia banyak anak-anak yang harus dibantu literasinya
BalasHapusMerasa terharu sekaligus bangga jika ada cerita putra-putri daerah yang tergugah hatinya kembali ke kampung halaman dengan membawa segudang ilmu dari rantau.
BalasHapusYune Angel sosok yang keren, karena membantu masyarakat Papua untuk tidak buta huruf. Bisa membaca dan menulis adalah langkah awal dalam membangun generasi bangsa yang cerdas.
BalasHapusSosok keren yang sangat inspiratif. Pastinya sangat berjasa banget apa yang dilakukan Yune ini. Bukan hal yang mudah lho untuk bisa menggebah monster buta huruf ini. Apalagi untuk masyarakat Papua. Salut. Anak mudah seperti ini nih yang dibutuhkan negara kita. Semoga semakin banyak nih anak-anak muda seperti beliau yang lahir di tanah air.
BalasHapusSosok keren yang sangat inspiratif. Pastinya sangat berjasa banget apa yang dilakukan Yune ini. Bukan hal yang mudah lho untuk bisa menggebah monster buta huruf ini. Apalagi untuk masyarakat Papua. Salut. Anak mudah seperti ini nih yang dibutuhkan negara kita. Semoga semakin banyak nih anak-anak muda seperti beliau yang lahir di tanah air.
BalasHapus