Diskusi Sastra A.A. Navis Membaca Zaman, Perayaan 100 Tahun A.A. Navis di Balai Bahasa Jateng

Halo Kawan Aksara, 

Tahu tidak, kalau tahun 2024, adalah peringatan ulang tahun ke-100 sastrawan legendaris Indonesia, Ali Akbar Navis. Ali Akbar Navis yang lebih dikenal dengan A.A. Navis ini adalah sastrawan asal Sumatera Barat yang punya banyak karya novel dan cerpen yang meraih penghargaan nasional dan internasional. Ia memiliki 65 karya dalam bentuk cerpen dan novel. Salah satunya yang paling terkenal adalah cerpen Robohnya Surau Kami.

Diskusi Sastra AA Navis Membaca Zaman, Perayaan 100 Tahun AA Navis

Ulang tahun A.A. Navis jatuh pada 17 November 1924. Organisasi internasional UNESCO bahkan ikut merayakan ulang tahun A.A. Navis yang telah berpulang tahun 2003 di Padang. Salah satu Badan PBB itu resmi menetapkan hari kelahiran sastrawan Indonesia A.A. Navis sebagai salah satu hari perayaan internasional. Penetapan itu diumumkan oleh Direktur Jenderal UNESCO di hari penutupan Sidang Umum ke-42 UNESCO di Paris, Perancis November tahun lalu.

Baca Juga: Tips Menulis Dongeng Kearifan Lokal 

Menurut UNESCO, A.A. Navis adalah sastrawan Indonesia yang perlu dikenang karena karya-karya beliau telah mengantarkan masyarakat Indonesia menjadi lebih beradab dan berbudaya. Karya-karya A.A. Navis dianggap tetap relevan dengan kondisi sosial dan politik masyarakat Indonesia zaman sekarang. Karya beliau menembus zaman.

Diskusi Sastra AA Navis Membaca Zaman, Perayaan 100 Tahun AA Navis

Peringatan ulang tahun ini diadakan oleh balai bahasa berbagai daerah. Perayaan puncaknya akan diadakan di TIM Jakarta 17-19 November 2024. Nah, Balai Bahasa Jateng juga mengadakan diskusi sastra yang bertajuk A.A. Navis Membaca Zaman hari Minggu 15 September kemarin. Alhamdulillah, Keluarga Literasi Ungaran dan Ruang Aksara mendapatkan undangan istimewa ini.

Baca Juga: Mengenang NH. Dini

Aku suka karya-karya A.A. Navis sejak dulu karena ceritanya itu terkadang lucu, bikin miris, penuh satir, juga sarat kearifan lokal terutama masyarakat Minang di Sumatera Barat. Seperti cerpen Jodoh tentang seorang lelaki Minang yang sudah uzur berhasil melawan ketakutannya untuk menikah.

Ia mengirim surat untuk seorang perempuan di rubrik kontak jodoh sebuah koran. Setelah bertemu, ternyata perempuan itu tetangganya. Akhirnya, ia bahagia menikahi perempuan itu. Ia merasa senang tinggal di rumah mertua karena sistem matrilineal dan terpenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus bekerja keras.

Diskusi Sastra AA Navis Membaca Zaman, Perayaan 100 Tahun AA Navis
Mas Emha Narasumber diskusi 

Aku memiliki beberapa bukunya termasuk Kumpulan Cerpen Lengkap AA Navis yang diterbitkan Gramedia setebal 200-an halaman. Buku ini merangkum semua karya cerpen A.A. Navis. Jadi, aku bersemangat mengikuti diskusinya.

A.A. Navis suka menyentil masyarakat Indonesia, jangan hanya suka beribadah. Tapi, juga harus rajin beramal, membantu sekelilingnya yang membutuhkan. Sibuk berzikir seharian tapi lupa ada anak dan istri yang perlu dihidupi.

Baca Juga: Bedah Buku Kelingan 

Bagaimana engkau bisa beramal, jika engkau miskin? Begitu tulisan beliau dalam cerpen Robohnya Surau Kami.

Ia adalah pencerita dan pencemooh yang andal. Hobinya mengkritik dalam bahasa halus. A.A. Navis menggunakan bahasa halus dan humor saat menulis untuk menghindari tekanan dari penguasa Orde Baru.   

Narasumber pertama diskusi ini adalah M. Haryanto yang juga dikenal sebagai  Emha Jayabrata,  dosen seni teater di Universitas Pekalongan serta Amaliyatul Hidayah Roqiq, salah satu Duta Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan moderator  adalah Mustika Maharani Alamsyah, Duta Bahasa Jateng. 

Menurut Mas Emha A.A. Navis suka menulis berupa sindiran, juga masalah sosial. politik, dan nilai keislaman. Bahwa agama tak hanya urusan ibadah tapi juga kesalehan sosial. Bagaimana seseorang bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya.

Diskusi Sastra AA Navis Membaca Zaman, Perayaan 100 Tahun AA Navis
Mbak Amaliya Duta Bahasa Jateng 

Level yang lebih tinggi dari ketaatan syariah adalah level makrifat, jangan sampai merasa lebih baik daripada orang lain. A.A. Navis bukanlah penulis biasa tapi penulis yang bisa membaca zaman. Dalam karyanya, A.A. Navis ingin mengingatkan pembaca bahwa masalah kita sebenarnya adalah senang terjebak masa lalu dan cemas berlebihan akan masa depan.

Sebenarnya, menurut A.A. Navis, asal kita mempersiapkan hari ini dengan sebaik-baiknya, bekerja dan beribadah dengan baik maka kita tak perlu was-was akan masa depan. Allah SWT sudah mempersiapkan masa depan yang baik untuk umatnya. A.A. Navis mengingatkan pembaca untuk yuk pulang dengan kesadaran diri.

Diskusi Sastra AA Navis Membaca Zaman, Perayaan 100 Tahun AA Navis
Bareng Bu Wati anggota Kelingan 

Konsep holistik A.A. Navis tak hanya jarkoni, atau berbicara, tapi juga lakoni alias lakukan. Sajadah itu semua tempat di muka bumi, tak hanya sekadar kain persegi panjang. Itulah kesalehan sosial yang diimpikan A.A. Navis. Beliau mampu menuliskan tentang dirinya, apa yang ia ketahui agar bermanfaat untuk masyarakat.

Seorang peserta diskusi bertanya, apa yang bisa kita terapkan dari karya A.A. Navis zaman sekarang? Menurut Mas Emha, utamakan nilai kemanusiaan. Dahulukan kepekaan manusia pada murid-murid barulah mengajarkan teknis menulis. Asah kepekaan anak-anak kita dengan mengamati kehidupan masyarakat sekelilingnya. Tumbuhkan empati pada orang miskin dan yang membutuhkan bantuan kita. Barulah, kita ajarkan mereka tentang teknis menulis agar bisa menulis yang enak dibaca.

Diskusi Sastra AA Navis Membaca Zaman, Perayaan 100 Tahun AA Navis
Kelingan Keluarga Literasi Ungaran bersama Narasumber Mas Emha

Sedangkan menurut Mbak Amaliya, cara mengajar murid-murid agar mau dan suka menulis adalah ajak mereka membaca dulu karya-karya A.A. Navis, perkenalkan mereka pada karya beliau sejak dini, lalu ajaklah anak menulis sesuai pengalaman mereka sendiri.

Ah, banyak pelajaran yang aku petik dari kegiatan diskusi sastra A.A. Navis kemarin. Semoga, para guru, orangtua, pegiat literasi, dan pemerintah RI bersemangat untuk memperkenalkan karya-karya beliau pada anak muda penerus bangsa agar mereka mendapatkan hikmah yang besar yang terkandung dari karya-karya abadi Ali Akbar Navis. 

Posting Komentar

15 Komentar

  1. Aa. Navis sebagai penulis yang bisa membaca zaman sungguh menjadi tolok ukur bagi orang-orang peduli akan kehidupannya. Masa lalu hanya diri sendiri yang tahu, kecuali diceritakan. Masa depan memang tak ada yang tahu melainkan ikhtiae dan takdir Allah. Generasi mudah harus diperkenalkan dengan beliau supaya tahu karya sastra hebat.

    BalasHapus
  2. aku belum pernah membaca karya dari A.A Navis, nama beliau bener-bener udah go internasional padahal
    tapi aku seperti pernah denger judul Robohnya Surau Kami, nah cuman lagi-lagi belum aku baca juga
    menarik sekali datang ke diskusi sastra seperti ini mbak, hiks aku lama banget ga datang ke acara serupa, terakhir sepertinya waktu kuliah
    dengan datang ke acara kayak gini, literasi juga nambah, apalagi buat aku yang mungkin lebih banyak baca novel macam metropop

    BalasHapus
  3. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin?

    Saya suka dan setuju banget dengan kalimat tersebut. Pernah juga menyimak pendapat beberapa ulama yang mengatakan hal sama. Dikatakan umat Islam memang seharusnya berusaha untuk jadi orang kaya. Bukan tujuan berfoya-foya. Hidup harus tetap sederhana. Tapi, kekayaannya untuk beramal.

    BalasHapus
  4. Ingat zaman dulu sepertinya ada karya AA Navis yang disajikan di buku pelajaran sekolah, tapi ya hanya perkenalan aja. Semoga makin banyak kesempatannya ya untuk generasi muda mengenal sastrawan legendaris ini.

    BalasHapus
  5. Aku Dari zaman kuliah ga suka bahas mengenai sastra ga Tau kenapa membuat aku banyak mikir hahaha

    BalasHapus
  6. sedih sekali aku baru tahu AA Navis ini, mba buat pemula sepertiku ini yang rekomen buku untuk dibaca dari AA Navis dong

    BalasHapus
  7. Sepakat! Saya pun mengenalnya sebagai pengarang "Robohnya Surau Kami". Dan sebagaimana pengarang lainnya yang berasal dari Sumatera Barat, dari beberapa buku yang dikarang AA. Navis, saya seperti diajak untuk menelurusi keadaan Minangkabau di kala itu. Baik dari sisi histori, sosial, maupun budayanya. Dan menariknya, karya-karya penulis masa lalu, ceritanya masih relevan hingga saat ini.

    BalasHapus
  8. Keren acaranya, semoga banyak generasi muda yang berpartisipasi di acara-acara seperti ini.
    Semoga kegiatan diskusi sastra AA Navis juga memberikan insight pada generasi sekarang agar lebih peduli tentang literasi.

    BalasHapus
  9. Untuk AA Navis, alhamdulillah aku dah namatin yang kumpulan Robohnya Surau Kami. Memang bergaya satire, kalau aku nangkapnya. Beliau megkritik model keberagamaan yang cenderung berat ke ukhrawi, tapi abai dengan yang duniawi. Padahalnya doanya: Rabbana atina fid-dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah. Hehehe

    BalasHapus
  10. AA Navis legend di dunia sastra, aku cukup malu karena belum membaca sebagian besar karyanya dan hanya tau beberapa seperti Robohnya Surau Kami. Setuju banget Kak, sekolah dan guru harus mengenalkan karya-karya AA Navis ke anak-anak sekarang, jangan sampai mereka tidak mengenal sastrawan besar seperti beliau.

    BalasHapus
  11. Acara diskusi sastra seperti ini sangat menarik, terutama bagi penulis pemula srperti saua. Sehingga bisa menghayati dan memahami karya sastra dari penulis2 besar.

    BalasHapus
  12. Luar biasa ya punya karya yang masih dibaca hingga 100 tahun. Karya abadi yang tak lekang dihapus waktu

    BalasHapus
  13. Duhh coba kalo di daerahku ada kegiatan kayak gini seneng rasanya. Udah beberapa kali merekomendasiin kegiatan diskusi atau bedah buku ke dinas terkait, tapi susahnya minta ampun

    BalasHapus
  14. Aku agak lupa pernah baca Robohnya Surau Kami antara pas SMP atau SMA gitu mba. Pas baca tulisan ini rasanya jadi mau baca novel AA Navis lagi. :) Sastrawan dulu itu karya-karyanya memang banyak yang menembus zaman ya mba. Sampai sekarang apa yang diceritakan itu masih relevan.

    BalasHapus
  15. Luar biasa ya mencapai 100 tahun. Jadi salah satu motivasi buat saya penulis pemula yang kadang semangatnya masih maju mundur karena berbagai macam kendala. Jadi terinspirasi ya

    BalasHapus