Bedah Buku Paberland, Ayahku Seorang Nelayan Dari Zunda

Halo Kawan Aksara,

Jumat lalu (23/08), Paberland mengadakan acara Ngopi. Kali ini, acaranya Bedah Buku Ayahku Seorang Nelayan karya penulis dan ilustrator Zunda. Kali ini, aku bertugas jadi moderator mewakili Paberland. Asli, seminggu sebelumnya aku sudah deg-degan mau memandu acara ini. Haha, norak ya. Ya, bagaimana ya narasumbernya keren semua. Bagaimana nggak keringat dingin aku?  Hihi.


Bedah Buku Ayahku Seorang Nelayan Dari Zunda

Buku berilustrasi indah ini diterbitkan oleh Penerbit Humi dan telah memenangkan penghargaan buku anak dari Tacita dan menyisihkan banyak buku anak lainnya yang masuk nominasi. Buku bersampul hard cover ini tebalnya 40 halaman dibandrol harga Rp165.000 bisa kalian dapatkan di toko buku terdekat, ya! 

Kisah di Balik Layar Ayahku Seorang Nelayan oleh Zunda


So, di acara Ngopi Paberland kali ini, yuk kita kulik behind the book Zunda ini. Buku ini adalah proyek untuk kelulusannya dari Universitas Cambridge. Selama berbulan-bulan, ia membawa buku sketsa ke mana-mana untuk menggambar nelayan dan laut.


Nelayan jadi inspirasi karena Zunda suka laut. Bagi Zunda, latar laut akan sangat kuat untuk menyampaikan pesan. Saat pulang ke Indonesia karena pandemi tahun 2020, ia terus menekuni gambarnya. Ia mendapat ide untuk menulis cerita tentang nelayan tradisional di Indonesia.



Bedah Buku Ayahku Seorang Nelayan Dari Zunda

Saat kuliah kembali, ia mulai menulis ceritanya. Bagi Zunda, orangtuanya adalah sosok yang sangat penting, terutama Ayah. Ayah selalu hadir di masa kecilnya. Zunda lebih dekat dengan ayahnya, karena Ibu sering bersama dengan kakaknya. Ke luar kota pun Zunda selalu ikut Ayah. 


Berbagai peristiwa dialaminya selalu bersama Ayah, tak heran,. Kisahnya dengan ayah jadi inspirasi beberapa judul bukunya. Buku Ayahku Seorang Nelayan berbeda karena tokohnya anak lelaki dan bukan kisah pribadinya.


Buku ini ia tulis khusus untuk ayah tercinta. Menggambarkan betapa eratnya ikatan batin diantara mereka sejak ia masih kecil. 


Awalnya, Zunda tidak memasukkan narasi, tapi cuma gambar tokoh ayah nelayan dan anaknya. Setelah diamati, diperoleh pola bahwa nelayan yang digambarkan di sketsanya usianya middle age.  Tokoh ayahnya khas  nelayan, tidak mau merepotkan anaknya yang harus ditinggal seharian. 


Bedah Buku Ayahku Seorang Nelayan Dari Zunda

Semakin sedikit tokoh, semakin intim emosi yang ingin ia sampaikan. Anaknya juga tak ada namanya agar lebih intim. Yang mengisi teks bukan si ayah tapi si anak. Teks narasi anak, ilustrasinya kegiatan ayah.  Kisah anak dan ayah diceritakan tanpa harus menghadirkan keduanya dalam satu frame.

Menurut Zunda, ada dua keluarga nelayan yang diwawancarainya sebagai background story dan referensi visual, tapi detail dikurangi agar tidak terlalu spesifik menunjukkan asal daerah tertentu.


Bedah Buku Ayahku Seorang Nelayan Dari Zunda

Bedah Buku Ayahku Seorang Nelayan Dari Zunda

Pesan Zunda, Berkarya saja dengan main-main. Saat menulis buku cerita anak, jadi anak-anak aja. Saat menulis dan ilustrasi, Berkarya saja dengan main-main. Saat menulis buku cerita anak, jadi anak-anak aja. Jadikan momen nostalgia saat kita jadi anak kecil. Jadikan karya kita sebagai rekaman jejak, sebagai kado untuk orang tua kita.


Proses Seleksi Penghargaan Tacita


Selain Zunda, hadir pula Kak Ario, pengurus Tacita dan sekaligus menjadi juri penghargaan Tacita tahun ini. Dari beliau, kita dengarkan rumitnya proses pemilihan jawaranya tahun ini. 


Beberapa tahun belakangan ini, industri buku anak di Indonesia meningkat pesat. Orangtua antusias mengajak anaknya untuk membaca cerita. 


Keinginan memberikan award bagi penulis ini ini adalah keinginan Kak Ario sejak lama. Tacita. Ia  melihat peluang untuk mewujudkannya saat mengenal kegiatan Patjarmerah Kecil, di dalamnya  banyak komunitas perbukuan dan beberapa diantaranya sudah pernah berkolaborasi.


Untuk proses dan infonya, kalian bisa melihat kriteria buku yang masuk seleksi di web Tacita.  Kriterianya antara lain berbahasa Indonesia atau daerah, ceritanya bisa dinikmati dari narasi atau pun ilustrasi. Buku juga mudah diakses pembaca. Genrenya bisa fiksi atau non fiksi naratif. 


Buku-buku yang masuk list penilaian adalah rekomendasi dari penerbit, penulis dan pembaca buku anak. Tahun ini, baru dibuka satu kategori yaitu buku cerita bergambar atau picture book.


Saat proses penjurian akan dimulai, dua juri mengundurkan diri karena bukunya masuk nominasi. Oh iya, proses pemilihan buku jawara ini berdasarkan musyawarah ya diantara juri dan bukan voting pembaca. 


Menurut Kak Aio, Buku Zunda ini emosi ceritanya sungguh terasa. Ketika selesai membacanya ada kesan apa. Saat kurasi ratusan judul, ada fisik dan digitalnya, Masing-masing buku punya kesan yang berbeda, tapi buku ASN meninggalkan kesan yang dalam. Membaca gambar dan teksnya bikin nangis. 


Pesan dari Kak Aio, Hal yang paling menyenangkan ketika berkarya itu adalah tidak memikirkan target-target tertentu. Berkaryalah dengan jujur, apa yang dirasakan, itu yang disampaikan. Semangat berkarya!


Kesan Bu Riris untuk buku Ayahku Seorang Nelayan 


Last but not least, hadir Ibu Prof. Riris yang membedah buku Zunda. Beliau juga salah satu juri Tacita. Wah, terpesona deh mendengar penjelasan Bu Riris. Sebenarnya, Bu Riris juga mengupas tentang apa itu sastra anak tapi nanti aku rangkum di satu artikel tersendiri ya, Kawan!

 

Bedah Buku Ayahku Seorang Nelayan Dari Zunda

Saat menjuri, buku ini ada di urutan pertama karena judulnya huruf A. Ceritanya dengan cepat membuat hati Bu Riris tersentuh. Segera menjadi bandingan karya yang lain. Apa yang dia tidak punya, dan apa yang dipunya orang lain. Saat itu, ia jadi malas untuk memeriksa buku-buku yang lain. Tapi, sebagai juri harus fair dan membaca semua buku yang masuk nominasi.


Menurut Bu Riris, Ada kejujuran dalam buku ASN.

Penulisan sangat bersifat langsung (proses editingnya pasti sudah lama).


Ada informasi yang memperluas wawasan (dunia nelayan , komunitas yang berbahagia).


Ada gambar dimana tokoh anak memanjat ke pohon kelapa, ingin memandang kepergian ayahnya melaut. Gunakan sudut pandang anak. 


Begitu ayahnya pergi, kelihatan kehilangan di diri anak, sekaligus dia ingin tahu ayahnya ada dimana? apa yang akan terjadi? tangan, kaki, wajah, mata, banyak sekali yang dikatakan bahasa tubuh si anak. Di bawah pohon ada anak lain yang mengangkat tangannya, seperti penasaran, kuat sekali.


Anak ini ingin dekat dengan ayahnya.

Dia bangga dengan ayahnya. walau temannya memanggil, dia pandangannya ke ayahnya.

 

Umumnya sebagai pembaca, kita bisa menghayati tulisan melalui pembahasaan visualnya. Kita bisa belajar bahasa visual dan emosi yang keluar di tekstur gambar.


Bedah Buku Ayahku Seorang Nelayan Dari Zunda

Tentang laut yang tenang yang luas, juga laut yang liar dan buas. Bapak terlempar dari kapal. Tapi jatuhnya seperti peselancar, tenang,  jadi tidak menakutkan bagi anak. Buku ini dipenuhi ketenangan.


Di bagian belakang, ketika ayah tertidur di kursi dan si anak menulis di sampingnya. Peristiwa mereka berdua itu jelas-jelas menunjukkan hubungan imbal balik ayah-anak yang penuh kasih. 


Bedah Buku Ayahku Seorang Nelayan Dari Zunda

Dari ayah, ada keteladanan. Kita pun tidak bertanya-tanya ada ibu tidak? karena merasa kisah mereka sudah sempurna.

Namun buku ini tentu saja ada kekurangannya. Setiap membaca, ingat pikiran, sudut pandang, kompetensi, dan kebutuhan seorang anak. 


Kalimat seperti:

“Seorang nelayan yang hebat”

Apakah kata-kata hebat ini dari anak? dari keluarganya? atau dari mana? atau dari indonesia saat ini segala hal hiperbolis.


“Ayah bercerita tentang banyak hal yang ia pelajari dari laut” – anaknya umur berapa? 


“Bercerita tentang rasa terima kasihnya kepada laut” – anak umur berapa, bicara kebahagiaan?


“Karena kekayaan yang memberikan kebahagiaan bagi semua orang di pulau kecil kami”


“Aku bangga ayahku seorang nelayan” –siapa yang mengatakan bangga, anak-anak apa sudah bisa bilang bangga?


Pesan Bu Riris, pekerjaan sebagai penulis buku anak itu tidak gampang, karena untuk masa depan, demi peradaban. Ini pekerjaan rumit tapi jika dikerjakan dengan cinta, rumit dan ribet itu hilang..


Oh iya, Buku ini sangat direkomendasikan oleh Bu Riris dan Kak Ario, jadi jangan lupa untuk membelinya ya.


Bagaimana, terpesona kan dengan kreativitas dan kerja keras Zunda yang menghasilkan buku indah?


Yuk, mari berkarya ya teman-teman penulis, ilustrator, editor, dan seluruh insan perbukuan Indonesia. Bekerjalah dengan  hati, maka seperti buku Zunda, tulisanmu akan sampai ke hati anak-anak pembaca..


Semangat!



Posting Komentar

0 Komentar