Menumbuhkan Literasi dan Penggunaan Buku Bacaan dalam Kurikulum Merdeka

Halo Kawan Aksara, 

Kamis lalu (04/07), aku mengunjungi Festival Patjarmerah Kecil di Post Bloc, Jakarta Pusat. Patjar Merah adalah festival literasi kecil dan pasar buku keliling Nusantara. Pendirinya adalah penulis dan editor beken Windy Ariestanty. Kota Semarang pernah jadi kota tujuan festival Patjar Merah dan berlokasi di Kota Lama dan meriah sekali.

Tahun ini, festival Patjar Merah kembali diadakan di Jakarta. Hanya saja, kali ini giliran Patjarmerah Kecil yang memeriahkan kegiatan literasi Indonesia. Namanya saja Patjarmerah Kecil, jadi kali ini temanya buku anak-anak, ya!

Menumbuhkan Literasi dan Penggunaan Buku Bacaan dalam Kurikulum Merdeka

Bersamaan dengan dibukanya festival ini 27 Juni lalu, ada peluncuran buku antologi cerita anak yang juga ditulis anak-anak berbakat berjudul Sayap-Sayap. Buku ini disusun oleh penulis Reda Gaudiamo. Muridku ikut serta seleksi naskah buku ini, sayangnya belum rezekinya lolos untuk dibukukan ceritanya.

Baca Juga: Peluncuran Buku Otta dari Paberland

Selain pameran buku, festival ini dimeriahkan dengan berbagai workshop dan talk show seru dari insan perbukuan mulai dari penulis buku anak, editor, pendongeng, ahli sejarah, ilustrator, kepala sekolah, aktivis buku, dan banyak lagi yang tampil di festival ini.

Alhamdulillah, aku sedang di Bogor jadi bisa merapat ke Post Bloc hari itu. Aku dan teman-teman penulis janjian untuk menonton talkshow Kang Iwok Abqary penulis buku si Cemong Coak, bersama narasumber lain yaitu Mbak Maya Lestari GF mentor di Pusat Perbukuan, Mas Eka Kurniawan sastrawan dan tim kurator Sastra Masuk Kurikulum, dan Mbak Sekar Ayu dari Sekolah Kembang. 

Menumbuhkan Literasi dan Penggunaan Buku Bacaan dalam Kurikulum Merdeka
Bersama Mba Maya Lestari narasumber hari itu

Talkshow siang itu bertajuk Menumbuhkan Literasi & Penggunaan Buku Bacaan dalam Kurikulum Merdeka ini dimoderatori oleh Mbak Umamah NJ. Pada tahun 2022, Kemdikbud meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai upaya untuk meningkatkan literasi para siswa sekolah. Langkah memantik minat baca di sekolah ini dijembatani oleh para guru. Salah satu upaya Kemdikbud untuk memantik api literasi ini adalah dengan menghadirkan buku-buku yang telah dikurasi para ahli. Acara siang itu meriah sekali dan full house dihadiri oleh puluhan guru dari Komunitas Sidina dan komunitas lainnya.

Narasumber pertama adalah Mbak Maya yang juga penulis buku dari Yogyakarta. Ia memaparkan bagaimana ketatnya proses kurasi buku-buku anak dan remaja yang diselenggarakan oleh SIBI Kemdikbud. Tahun ini, ada dua kali kurasi dan workshop yang diikuti penulis dan ilustrator buku anak. Dari 800 naskah yang dikirimkan penulis, terjaring 50 naskah yang mengikuti workshop pendampingan sebanyak tiga kali dan satu kali uji keterbacaan di sekolah-sekolah. Begitu seriusnya, SIBI Kemdikbud ingin menelurkan buku-buku anak dan remaja yang berkualitas ya. Jadi, kalau kamu ingin naskahmu dikurasi SIBI, persiapkan dari sekarang dan tunggu info tentang kurasi lagi ya tahun depan!

Baca Juga: Festival NH. Dini

Menumbuhkan Literasi dan Penggunaan Buku Bacaan dalam Kurikulum Merdeka

Narasumber berikutnya adalah Mbak Sekar Ayu Adhiningrum dari Sekolah Kembang. Beliau menceritakan betapa buku-buku berjenjang ini penting untuk menumbuhkan minat baca pada anak-anak. Menurutnya, jenjang dalam buku anak Kemdikbud ini bukan untuk menguji kemampuan anak tapi sebagai gerbang anak mencintai buku.

Menurut Mbak Ayu yang menjabat sebagai Kepala Bidang Literasi dan Perpustakaan di Sekolah Kembang ini menjelaskan bahwa otak manusia itu terus berkembang. Terutama perkembangan otak anak. Jika awalnya anak-anak enjoy, menikmati buku-buku jenjang B1 untuk SD kelas rendah, seiring kemampuannya membaca dan memahami bacaan meningkat, maka ia akan meminta buku-buku yang lebih kompleks baik dari segi jumlah halaman, hingga alur cerita yang lebih rumit. Ia akan meminta buku-buku jenjang B2, B3, dan seterusnya.

Menumbuhkan Literasi dan Penggunaan Buku Bacaan dalam Kurikulum Merdeka
Bersama Bang Eka Kurniawan semoga tertular kreativitasnya

Pembicara berikutnya adalah Bang Eka Kurniawan yang punya akun X @gnolbo. Penulis buku terkenal Cantik Itu Luka ini menjadi salah satu anggota tim kurator Sastra Masuk Kurikulum Kemdikbud RI. Menurutnya, ia dan para anggota tim kurator berusaha memperkenalkan buku-buku sastra untuk para siswa sekolah kenal dan baca. Sastra memiliki banyak manfaat untuk para siswa diantaranya memperhalus budi pekerti dan menambah wawasan dan kepekaan pembacanya terhadap suatu peristiwa.

Tim kurator berusaha memperkenalkan buku-buku sastra lama dari berbagai zaman kepada para murid sekolah. Jadi, yang dikurasi tak hanya buku-buku terbitan terbaru saja tapi juga buku-buku lama seperti buku Lupus karya Hilman yang hits pada tahun 90-an. Bang Eka juga berusaha menjemput bola dengan mencari buku-buku terbitan baru dari berbagai penerbit untuk dikurasi oleh tim mereka. Wah, jadi pengin menawarkan buku-bukuku siapa tahu layak untuk dimasukkan jadi buku Sastra Masuk Kurikulum ya, Kawan Aksara, hehe.

Pembicara terakhir yang jadi idola para ibu adalah the one and only, Kang Iwok Abqary. Penulis yang punya nama asli Ridwan Abqary ini berasal dari Tasikmalaya dan memiliki dua putri. Kang Iwok, begitu ia biasa disapa punya segudang buku-buku anak dan remaja yang diterbitkan berbagai penerbit ternama Indonesia.

Menumbuhkan Literasi dan Penggunaan Buku Bacaan dalam Kurikulum Merdeka

Kali ini, Kang Iwok membahas behind the scene buku Si Cemong Coak yang diterbitkan SIBI Kemdikbud tahun 2022. Buku anak yang unik ini juga masuk list buku-buku yang masuk kurikulum sekolah untuk menjadi bahan bacaan. Keren, ya!

Novel anak ini berlogo jenjang C untuk pembaca anak usia 10-13 tahun. Keunikan buku ini adalah tokoh utamanya seekor kucing jalanan bernama Cemong. Jadi, ceritanya berasal dari sudut pandang kucing ini. Bagaimana ia harus berebut makanan di bak sampah hingga menyaksikan dua kucing jantan berebut wilayah kekuasaan. Seru!

Ide awal buku ini adalah dari kehidupan sehari-hari Kang Iwok sebagai Bapak Kucing. Di rumahnya, ada puluhan kucing yang ia selamatkan dari jalanan. Semua kucing di rumahnya adalah kucing kampung yang kerap dipandang sebelah mata. Kang Iwok prihatin dengan populasi kucing yang berlebihan atau over population.

Menumbuhkan Literasi dan Penggunaan Buku Bacaan dalam Kurikulum Merdeka

Menurut Kang Iwok, kucing betina bisa melahirkan empat kali setahun. Bayangkan, jika setiap melahirkan punya empat-lima anak. Dalam setahun, anaknya 20 ekor! Itu hanya satu kucing saja. Kebanyakan melahirkan juga berefek negatif pada kesehatan induk kucing. Karena itulah, Kang Iwok mengangkat cerita tentang steril kucing di buku si Cemong Coak ini. Cerita yang unik kan, aku belum pernah membaca novel bertema sterilisasi kucing di buku anak. Biasanya, buku cerita tentang kucing menceritakan persahabatan kucing dan manusia, kelucuan kucing dan lainnya. Keren ya!

Menumbuhkan Literasi dan Penggunaan Buku Bacaan dalam Kurikulum Merdeka

Sayangnya, aku tidak kebagian buku Si Cemong Coak pas talkshow ini. Buku ini juga tidak diperjualbelikan secara bebas. Untungnya, kita bisa mengunduh buku si Cemong Coak ini di website SIBI Kemdikbud ya. Kamu bisa mencetaknya juga untuk dibaca, asal tidak untuk diperjualbelikan ya!

Alhamdulillah, banyak insight baru kudapatkan dari acara talkshow siang itu. Selain itu, aku juga mendapat semangat baru untuk menulis buku anak lagi. Semoga tahun ini aku bisa menerbitkan novel anak solo lagi ya, aamiin. Sekian dulu liputanku dari Patjarmerah Kecil, semoga bermanfaat ya, Kawan Aksara!

Posting Komentar

0 Komentar