Halo Kawan Aksara,
Beberapa waktu lalu, aku mengikuti diskusi bertema Tentang Mulai Menulis, di Space, wadah diskusi di media sosial X atau Twitter. Space ini dipandu oleh Dr. Dasapta Erwin Irawan S.T, M.T, seorang dosen Teknik Geologi ITB yang juga aktif berbagi tentang geologi dan sains di media sosial.
Gaya mengajar Pak Dasapta terbilang unik, ia suka menggambar dan membuat sketsa untuk menjelaskan mata kuliah yang diajarkannya. Ia suka bercerita lewat gambar. Lelaki kelahiran 17 April 1976 berhasil membuat materi kuliah yang rumit menjadi lebih menyenangkan untuk disimak.
Melawan Fear of Blank Page, Jangan Takut Memulai Menulis! |
Untunglah, saat sedang galau aku menemukan Space Pak Dasapta. Menurutnya, banyak mahasiswa atau orang yang takut memulai menulis. Kalau mahasiswa, takut memulai mengerjakan tugas akhir. Duh, Pak Dasapta ini peramal ya? Kok tahu aku sedang takut memulai proyekku?
Menulis adalah Life Skill
Menurut Pak Dasapta, karir apapun yang kamu akan geluti, entah menjadi dosen atau tidak, ternyata keahlian menulis itu diperlukan di bidang apapun. Menulis adalah life skill sama seperti berenang dan naik sepeda. Pekerjaan apapun membutuhkan keahlian menulis suatu saat. Jika sering ia mengajak mahasiswa menulis di seminar tertentu, itu karena ia yakin suatu saat kemampuan menulis akan bermanfaat.
Di luar negeri, banyak sekali buku panduan yang terbit seperti panduan mengebor dan lainnya, ternyata penulisnya bukan dosen murni tapi kebanyakan berprofesi sebagai konsultan. Jadi, karir utamanya bukan dosen atau penulis. Biasanya, mereka menjadi dosen efek dari tulisan dan buku mereka.
Melawan Hantu Halaman Kosong
Ketika mulai menulis, kamu melihat halaman kosong. Ia mengumpamakan seolah ada hantu. Halaman kosong karena ada hantu yang gentayangan. Fear of blank page yang membuat kita takut untuk mulai menulis. Di kepala kita, yang namanya menulis itu seolah main sulap. Inginnya apa yang kita pikirkan, langsung muncul di halaman itu.
Hal itu tidak mungkin, bahkan di zaman AI sebagai alat bantu menulis, kita tetap harus menulis. Menulis prompt, menulis kotak isian AI, kamu menyuruh saya apa? Semakin detail kamu menuliskan perintah atau prompt maka makin baik hasil yang kamu dapatkan. Tulisan AI jadi makin lengkap.
Bukankah menulis prompt itu menulis juga? Bahkan saat menyuruh AI pun kita harus punya konsep mau menulis apa? Menulis harus diawali, Ketika ada halaman kosong jangan takut. Hantu yang membuat kita takut memulai menulis ini, harus diajak mengobrol. Dia siapa, maunya apa? Seperti kita punya teman mengobrol. Sebenarnya, hantu teman mengobrol ini adalah para pembaca. Pembaca suka tema apa?
Ya, menulis itu suatu proses ya Kawan Aksara.
Setiap novel bahkan setebal 500 halaman pun dimulai dengan satu kata.
Jadi Penulis, Tak Boleh Malas Membaca
Jika kita suka membaca, maka teorinya kamu akan rajin menulis. Di setiap kursus menulis, kamu akan diminta membaca. Kenapa? Agar terlatih saat menulis, Kamu itu ingin apa? Jadi penulis kamu ingin apa?
Gambar Pak Dasapta mengajar murid SD tentang sains |
Bagaimana cara memulai mengisi halaman kosong?
Pertama, tentu saja kamu harus punya satu kata. Misalnya pendahuluan. Setelah itu, tulislah kata kedua, ketiga dan seterusnya. Kata-kata yang kamu tulis tidak mesti nyambung. Tak mengapa. Lambat laun, tulisanmu akan terangkai menjadi satu kalimat.
Ketika sudah terlatih, kamu akan tergerak melanjutkan kalimat kedua dan ketiga. Ketika kamu sudah terlatih, kalimat-kalimat ini akan jadi satu paragraf. Makna paragraf yang kamu tulis itu tidak langsung nyambung, ya tak apa-apa. Yang penting, tulis saja semua kalimat yang keluar dari kepalamu.
Baca Juga: Berto Tukan, Dari Tulisan Sederhana Jadi Buku
Yang penting, Semua itu harus mulai dikerjakan. Mulai menulis. Sebab kalau tidak ya halaman kosong itu takkan terisi selamanya.
Bahkan ketika kita malas menulis dan minta tolong pada AI, tetap saja kita harus mengetikkan perintahnya dengan detail. Pada saat yang sama, kita tetap harus menulis kata demi kata. Yang penting, mulai ketik dulu apa yang kamu pikirkan dan rasakan, nyambung atau tidak itu urusan belakang.
Materi kuliah Hidrogeologi Pak Dasapta |
"Jadi, sebenarnya menulis itu gampang. Yang susah itu mengedit," ujar Pak Dasapta.
Benarkah Lebih mudah ngomong daripada menulis?
Tidak, menulis itu mudah. Omongan kamu bisa tinggal diketik, jadi deh satu tulisan. Kalau kita tidak terbiasa menulis, Maka omongan kita pun biasanya tidak akan runtut. Karena Pak Dasapta terbiasa menulis, walaupun tidak menyiapkan materi apapun ia tetap punya bahan untuk berbicara dengan runtut.
Ingat, menulis itu modal, apapun profesinya.
Kendala mahasiswa mengerjakan tugas akhir atau makalah biasanya datang dari dosen pembimbing. Ketika mahasiswanya kesulitan mulai menulis, tentu saja bimbingan akan terganggu. Mau mengerjakan tak tahu caranya. Bagaimana cara menuliskan perhitungan, mungkin mahasiswa tak paham. Dosen hanya tahu menyuruh dan mengejar mahasiswa. Itu tak bijak.
Hal ini beban bagi mahasiswa untuk mulai menulis karena ia tak paham bagaimana memulai. Tekanan dari dosen terlalu besar. Kalau tadi si hantu diajak mengobrol, self talk. Coba kalian anggap dosen pembimbing tak ada, ia tidak menerormu lewat WA.
Pak Dasapta Erwin yang kreatif |
Saran Pak Dasapta, sesekali menghilang saja ya, mahasiswa. Tapi, jangan lama-lama menghilangnya. Misalnya, dua hari dalam seminggu.
Ketika menghilang, bayangkan kamu hidup sendiri di tengah pulau seperti Tom Hanks di film Castaway yang hanya bertemankan bola voli. Bayangkan tak ada pembimbing, tak ada kewajiban menulis. Siapkan alat tulismu, lalu mengobrol dengan hantu itu. Sebagai pembaca, dia ingin membaca apa? Mulailah tuliskan yang ada di pikiranmu.
Ketiga, kebiasaan ini bisa kamu ulangi setiap hari.
Hal ini akan menjadi kebiasaan kecil, good habit yang rutin dilakukan setiap hari. Ala bisa karena biasa. Menulislah tiap hari tanpa beban. Dampaknya, kamu akan terbiasa menulis lebih cepat dan lebih mudah. Kamu takkan butuh pikir lama-lama untuk menulis sesuatu.
Baca Juga: Penulis Berpikir Out of The Box
Seperti naik sepeda, kalau mahir, naik sepeda tak usah dipikirkan caranya ya, langsung kebut saja. Begitu juga menulis akan otomatis langsung kamu lakukan.
Ulang setiap hari kebiasaan itu. Pilih waktu yang luang yang tak ada urusan lain.
Waktu luang bagi Pak Dasapta, adalah setiap pukul tiga pagi setelah salat tahajud. Ia rutin menulis selama satu-dua jam. Tak lama, karena ia punya kegiatan lain menyiapkan anak-anak bersekolah.
Dua jam saja waktu beliau untuk benar-benar berpikir dan membuat sesuatu. DI kampus, kegiatannya untuk mengajar. Waktu ia produktif ya saat dini hari ketika orang lain tidur. Ia akan menulis sesuatu entah artikel, makalah atau lainnya. Bagaimana denganmu? Pilih waktu produktifmu, ya.
Ketika kamu sudah menyelesaikan tulisan, bagikan langsung di media sosial.
Tak apa-apa, walaupun hanya dua paragraf. Selama materi yang kamu bagikan itu tidak mengandung SARA, pornografi, bagikan. Mengapa? Supaya kamu tahu kalau ada orang yang menikmati tulisanmu. Jika ada yang mengakui, memuji tulisanmu, maka niscaya akan menggandakan semangatmu untuk menulis. Menurut Pak Dasapta, setiap orang butuh validasi. Itu fitrah asal tak berlebihan ya.
Ingat, mulailah menulis itu satu kata demi satu kata.
Jangan menganggap menulis dua halaman itu bisa one go, sekali duduk selesai. Ada yang bisa, tapi jauh lebih banyak yang tak bisa. Itu normal memulai satu demi satu. Selangkah demi selangkah. Rajinlah membaca, agar kamu bisa mengenali tulisan yang kamu sukai. Sehingga ketika kamu menulis, kamu bisa menulis hal yang kamu inginkan.
Terima kasih untuk Space-nya yang menginspirasi ya Pak.
Ingin berkenalan dan berdiskusi dengan beliau? Hubungi Instagram Pak Dasapta. Semoga tulisan ini bermanfaat ya.
Sumber Foto: Instagram dan X Dasapta Erwin
13 Komentar
Betul. Menulis itu harus "dimulai segera" dan jangan berpikir kalau menulis harus langsung sempurna; ada proses self-editing setelah kita menulis. Dulu waktu masih jadi redaktur di sebuah media, aku selalu pesan ke reporterku gini: kalau bingung, tulislah apa aja yang ada di kepala. Baru nanti dibaca lagi dan dipilah mana yang penting, mana yang mesti ditambah, mana yang mesti diubah. Lama-lama juga akan terbiasa dan tahu angle mana yang terbaik.
BalasHapusKeren sekali ya Mbak. Pak dosen yang bisa menggambar. Jadi materi kuliahnya mudah dipahami.
BalasHapusDan salah satu poin penting jadi penulis memang harus konsisten menulis, dibarengin rajin membaca.
Langsung follow pak dasapta nih, insight ny keren bgt, buat yg punya fear of blank page abis baca ini jd termotivasi buat rajin menulis khususnya diriku pribadi
BalasHapusBuat saya kayaknya lebih mudah menulis daripada berbicara. Bukan berarti saya meremehkan menulis. Tapi, kalau berbicara apalagi di depan banyak orang suka bikin gelagapan. Sedangkan kalau menulis, saya merasa lebih bebas berekspresi.
BalasHapusiya juga ya, menulis memang gampang. Tapi kalau udah bagian editnya itu, antara maju mundur wkwkwk. Padahal mah kalau rajin bisa rampung cepat juga
BalasHapusMenulis memang harus sedikit dipaksa awalnya, tapi setelahnya akan lebih mudah dan mengalir.
BalasHapusRajin membaca buat penulis itu memang wajib Dan sangat penting untuk memperluas wawasan. Biasanya setelah membaca saya jadi tahu apa yang ingin dituliskan.
Satu poin yang aku suka, "tak boleh malas membaca". Sangat sepakat. Untuk pandai menulis, harus rajin membaca apapun. Secara nggak langsung menambah wawasan, perbendaharaan kata, dan juga ide-ide.
BalasHapusAh iya ya, menulis itu sebuah life skill. Keahlian yang didapat dari latihan terus menerus, nggak bisa didapat dengan instan. Dan benar yang paling penting harus 'mulai'..
BalasHapusArtikel yang menarik sekali nih, Kak. Menguatkan kit auntuk bisa menulis dan menikmati prosesnya hingga menghasilkan karya yang luar biasa
BalasHapusAku lagi menghadapi blank page nih mbaak, terutama nulis novel. Sebenarnya tinggal fokus aja sih tapi ada faktor penghambat lain yaitu males wkwk
BalasHapussaya sekarang kalau ada ide yang pengen banget dieksekusi suka nulis pakai metode mikrofon jadi tinggal ngomong dan hape yang ngetik tulisannya ntar bisa diedit belakangan tulisannya. tapi ya tetap ada sih masanya malas menulis itu yang memang harus dilawan biar nggak keterusan
BalasHapusAda banyak karya lain yang memerlukan kemampuan menulis. Sehingga skill yang memang perlu dikembangkan dan diasah terus.
BalasHapusAda yang bilang, hanya dengan membuka dokumen kosong, kita bisa menghasilkan sebuah artikel lengkap.
BalasHapusYa, karena setelah membuka dokumen kosong, kita terdorong untuk menuliskan satu dua kata, lalu terdorong lagi untuk menyelesaikannya menjadi sebuah kalimat. Begitu seterusnya hingga kelar sebuah artikel sekian ratus kata.
Memang tidak selalu mudah menjalankan teori semacam ini. Yang penting, terus berusaha.