Kengerian
terpancar dari wajahnya ketika mendengar teriakan dan amukan dari gerombolan perusuh di
kejauhan.
Anak kecil itu pasrah
ketika tetangganya menarik tangannya, berlari masuk rumah.
“Mama..Mama di
mana?” bisik anak itu mencari-cari sosok ibunya di kegelapan senja.
“Sst..kalian
sembunyi di sini. Jangan ke mana-mana,” bisik bapak berkumis itu. Rumah mereka
persis berhadapan di kampung itu.
Eklin dalam perjalanan mendongeng keliling Maluku |
Entah berapa lama, anak kecil dan keluarganya meringkuk ketakutan di loteng rumah tetangga yang baik hati itu. Ketika akhirnya rombongan perusuh itu meninggalkan kampung, ia dan keluarganya dikerumuni warga dengan wajah prihatin. Ada yang mengulurkan segelas air putih untuknya.
“Tenang, kalian
sudah aman. Kami akan selalu melindungi kalian,” bisik salah seorang
tetangganya yang lain. Anak kecil itu mengingat rumah bapak berkacamata itu
letaknya di belakang rumahnya.
“Sudah jangan
takut, Mama. Kalian aman di sini.” Bisik seorang ibu berkerudung.
“Terima kasih,
kalian baik sekali.” Bisik mama.
“Ngeri banget
Eklin, sampai sekarang aku sering tak bisa tidur jika mengingat kejadian itu.”
cerita sahabatnya ketika mereka bertemu kembali setelah tahun demi tahun
berlalu.
Baca Juga: Menulis Dongeng dengan Kearifan Lokal
Eklin tercengang
mendengar kisah itu. Tak terbayangkan, temannya harus mengalami kepahitan bak tokoh
film-film action yang ditontonnya di televisi. Malamnya, ia mimpi buruk dikejar
perusuh.
Peristiwa itu
sudah berlalu puluhan tahun silam.
Tepatnya, awal
reformasi sekitar tahun 1999-2002. Saat peristiwa itu terjadi, ia baru berusia 7
tahun tapi ia ingat betul peristiwa mencekam saat kerusuhan Ambon saat itu. Eklin
kecil harus mengungsi bersama keluarga meninggalkan kampungnya di Masohi,
Maluku Tengah.
Konflik berdarah
itu telah merenggut nyawa 5000 orang tak berdosa. Ya, dua puluh empat tahun telah
berlalu, Tapi, tetap membuat bulu kuduknya meremang.
Ya, hal itu bukan terjadi pada dirinya. Tapi, pada sahabatnya. Kengerian itu terjadi pada banyak orang yang tak seberuntung dirinya saat kerusuhan Ambon terjadi.
Kenangan
Buruk Kerusuhan Ambon
Kala nyawa
sahabat dan keluarga sahabatnya berada di ujung tanduk, nyaris jadi amukan
orang-orang dengan mata dan hati menggelap, Tuhan mengirimkan banyak malaikat
pelindung untuk sahabatnya. Malaikat itu berwujud tetangga-tetangga sahabatnya
yang beragama Islam.
Ya, sahabatnya yang asli Ambon tinggal di perkampungan yang mayoritas beragama Islam. Mereka hidup berdampingan dengan guyub bertahun-tahun. Ketika peristiwa berdarah itu terjadi, sahabatnya dilindungi saudara-saudaranya, para tetangga.
“Entah apa yang
terjadi padaku dan keluarga, Lin kalau tak ada para tetangga,” kenang
sahabatnya dengan mata menerawang.
Ya, ribuan
penyintas konflik Ambon terpaksa merasakan trauma selama puluhan tahun karena peristiwa
itu. Trauma yang membekas walaupun kini situasi sudah aman sentosa.
Eklin mendongeng di depan anak-anak |
Kekeluargaan antar beragama itu nyata. Eklin selalu teringat betapa orang-orang di kampungnya dulu saling bergotong-royong dan saling menjaga, bahkan dengan keluarga yang beragama berbeda. Termasuk keluarga Eklin yang asli Ambon dan beragama Kristen Protestan.
Eklin merasakan damainya hubungan antar tetangga bahkan di masa tersulit itu dan hal ini membekas di hatinya. Apalagi, ia teringat seorang bapak-bapak tetangganya yang suka bercerita padanya dan anak-anak lain tentang cerita perdamaian. Cerita-cerita indah itu begitu membekas di hati dan benaknya. Tak terlupakan hingga ia dewasa.
Mengatasi
Ketegangan Yang Berlanjut
Puluhan tahun
berlalu, konflik telah usai. Tapi, masa lalu kelam itu masih menimbulkan
segregasi wilayah di daerahnya. Masih ada praktik pemisahan kelompok
berdasarkan agama dan ras di deerah mereka. Masalah kecil saja rentan
menimbulkan gesekan.
Hal itu terjadi karena kisah turun-temurun para orangtua yang mengalami kepahitan saat konflik, lalu bercerita pada keturunannya. Cerita masa lalu itu rentan menimbulkan prasangka yang bisa memercikkan konflik serupa di masa kini.
Baca Juga: Tips Lancar Menulis ala Dee Lestari
Fenomena inilah yang
membuat Eklin Amtor De Fretes, seorang pemuda asli Ambon resah berkepanjangan.
Ia menyayangkan segregasi yang terjadi di masa kini masih terjadi akibat
konflik 22 tahun silam. Maka, ia pun bergerak bersama teman-temannya yang juga
mengalami kegelisahan yang sama.
Saat bersekolah hingga
kuliah, Eklin banyak berteman dengan orang-orang yang berbeda agama. Stigma
buruk yang kerap ia dengar tentang orang yang berbeda agama pun luntur.
Saat itu, ia
kuliah di jurusan Teologi, Universitas Kristen Indonesia di Ambon. Tahun 2016,
Eklin mendapat kesempatan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Asosiasi
Living Value Education di Jakarta. Ia menjadi trainer nasional untuk metode
pendidikan yang menghidupkan nilai.
Setelah pelatihan selesai, ia kembali ke Ambon untuk menerapkan ilmunya. Ia berusaha mengadaptasi pelatihan yang ia dapatkan dengan nilai-nilai yang ada di daerahnya. Ia menyusun metode bagaimana melakukan penyembuhan diri terhadap trauma masa lalu berkaitan dengan kerusuhan Maluku.
Ia dan teman-temannya berinisiatif mendirikan Youth Interfaith Peace Camp di tanah kelahirannya pada tahun 2017. Komunitasnya beranggotakan para pemuda yang berasal dari berbagai agama dan kepercayaan, serta latar belakang berbeda. Komunitas ini didirikan sebagai tempat berbagi nilai dan menyebarkan perdamaian di Ambon.
Mereka banyak
berdiskusi bagaimana meningkatkan perdamaian diantara masyarakat Ambon. Para
anggota komunitas bahkan mengadakan acara menginap di Desa Latuhalat yang
mayoritas penduduknya Kristen, juga di Desa Tulehu yang penduduknya memeluk
Islam.
Belajar
Mendongeng untuk Satu Tujuan
Ia prihatin
dengan kebiasaan orang tua yang menceritakan kisah masa lalu yang kelam pada
anak-anaknya. Ya, betul, jangan melupakan sejarah. Tapi, kisah-kisah dari mulut ke
mulut ini rentan terhadap prasangka dan salah paham.
Biasanya, mereka hanya bercerita dari satu sisi saja dan akibatnya anak-anak mudah melabeli pihak lain dengan sebutan yang buruk. Sayang sekali, perdamaian yang sudah dibangun susah-payah runtuh begitu saja karena prasangka buruk dan curiga tak beralasan.
Ia lalu teringat
sosok inspiratif yang ia temui saat kecil. Sosok sederhana yang begitu
berkesan. Bapak-bapak tetangga yang suka bercerita tentang perdamaian padanya
dan teman-teman lainnya. Eklin lalu mendapat ide cemerlang, bagaimana jika ia
belajar mendongeng dan membagikan kisah-kisah perdamaian pada anak-anak?
Eklin bersama anak-anak saat misi Dongeng Damai
Pemuda yang kerap disapa Kak Eklin pun mulai belajar mendongeng secara otodidak dari Youtube. Dengan saksama, ia menonton bagaimana pendongeng beraksi di atas panggung. Ia belajar metode ventrilokuist yaitu seni berbicara tanpa menggerakkan bibir.
Ketika ia sudah
merasa mulai mampu mendongeng, ia membeli boneka yang ia beri nama Dodi akronim
dari Dongeng Damai. Bersama Dodi, ia merasa jadi lebih percaya diri untuk
tampil di muka umum. Rasa malunya bisa ditutupi. Ia juga belajar menulis
dongeng untuk ia bawakan di depan penonton. Setelah belajar sendiri selama dua
minggu, ia pun mantap untuk berkeliling Maluku untuk mendongeng. Suatu langkah
yang terbilang nekad bagi pemuda kelahiran tahun 1990 ini.
Awal Misi, Ditolak
Sana-Sini
Eklin memulai
misinya pada Bulan Januari 2018. Ia selalu didampingi oleh tim relawan Merawat
Jalan Perdamaian (MJP). Pulau pertama yang didatanginya adalah sebuah desa di
Pulau Seram yang dihuni satu suku penganut keyakinan lokal. Keinginannya untuk
mendongeng di sana, ditolak mentah-mentah oleh para tetua. Latar belakangnya
sebagai calon pendeta membuatnya dicurigai akan melakukan Kristenisasi di desa
itu.
Eklin mengalah, lalu bergerak ke tempat lain, yang juga menganut keyakinan lokal. Di sana, ia diterima dengan baik dan bahkan diizinkan untuk mendongeng di tempat mereka biasa melakukan upacara adat dan keagamaan. Kegiatan itu berjalan lancar, Eklin lega sekali.
Selanjutnya,
Eklin berkeliling ke daerah-daerah rawan konflik seperti Desa Saleman dan Desa
Horale di Pulau Seram dan diterima dengan antusias oleh masyarakat desa. Kedua
desa ini tempat terjadinya konflik dan sudah lama hidup terpisah.
Berkat dongengnya,
ia mampu menyatukan penduduk kedua desa itu. Betapa ia terharu saat melihat
penduduk kedua desa berpelukan sambil menangis terharu karena sudah lama tak
bersua. Sebuah pengalaman berharga yang
menyemangati Eklin untuk melanjutkan misi Dongeng Damai.
Melanglang
Indonesia lewat Mendongeng
Langkah
berikutnya mulai berbuah manis. Eklin kerap mendapat fasilitas seperti
disediakan tempat oleh pihak polisi dan tentara. Ia telah mendongeng di ratusan
tempat di Maluku, di depan ribuan anak-anak yang menyambutnya antusias.
Kak Eklin membaca buku karyanya |
Selain berkeliling mendongeng di Maluku, ia juga diundang mendongeng di berbagai daerah di Indonesia misalnya di Makassar dan Jakarta. Ia pernah mengisi acara mendongeng di masjid saat bulan Ramadan.
Ia selalu menyisipkan pesan perdamaian dan kemanusiaan dalam setiap dongeng yang ia bawakan bersama Dodi. Anak-anak selalu antusias menyaksikan penampilan mereka berdua. Pengalaman berkesan selama Dongeng Damai ia abadikan dalam buku berjudul Mari Belajar Mendongeng Kisah-Kisah Damai. Belasan dongeng buatannya sendiri terangkum dalam buku sederhana itu.
Pada tahun 2020,
Eklin telah menjadi pendeta. Namun, langkahnya untuk Dongeng Damai tak
terhenti. Ia tetap mendongeng tentang perdamaian, bahkan di atas mimbar gereja.
Tak disangka, di tahun yang sama ia juga diganjar penghargaan Satu Indonesia Award
bidang Pendidikan dari PT. Astra International, Tbk. Eklin bersyukur dukungan
Astra untuk gerakannya sangat memudahkan langkah kecilnya dalam membuat
perubahan.
Harapan Eklin, agar dongeng bisa tetap hidup dan menjadi media pendidikan yang menghidupkan nilai dan merawat perdamaian di Maluku.
Ia juga ingin
orang Indonesia terus merawat perdamaian ini walaupun dengan cara yang
berbeda-beda. Eklin dengan dongengnya, dan kalian dengan cara masing-masing.
Merawat perdamaian tidak mudah tapi harus diupayakan demi masa depan generasi
penerus Indonesia.
35 Komentar
Keliling Indonesia untuk menyebarkan energi positif lewat dongeng yang sudah jarang dilakukan ya
BalasHapusMasya Allah keren sekali Kak Eklin ini. Senang melihat anak-anak muda yang gigih berjuang untuk masyarakat.
BalasHapusBegitulah kalo melakukan sesuatu dengan hati ya mbak meskipun perjalanannya ga mudah tapi pasti akhirnya berbuah manis
BalasHapusSalut buat Eklin yang pantang meenyerah, terus berusaha melakukan perdamaian dari hal kecil seperti mendongeng. Tentu saja efeknya akan besar dari mendongeng ini. Keliling Maluku bersama boneka Dodi si Dongeng Damai insya allah akan memberikan pencerahan bagi masyarakat di sana :)
BalasHapusMasyaAllah terharu banget sampai bisa mempersatukan dua desa yg sempat konflik. Moga suksesss Mas Eklin.
BalasHapusKeren perjuangan Eklin, tanpa semangat yang kuat pasti tidak akan sukses seperti sekarang. Memang perdamaian itu sangat dibutuhkan, jangan sampai terjadi lagi kerusuhan antar umat beragama. Karena korban yang strugle tetap aja menyimpan trauma sampai beberapa waktu lamanya.
BalasHapusGemoy banget bonekanya, suka banget dengan orang kreatif seperti kak Eklin ini, menghibur, membagikan kebahagiaan bagi orang lain. Semoga terus semangat dan selalu berkarya.
BalasHapusWaaah dengan menceritaka dongeng isa juga mendamaikan org yang sedng berselisih ya mba, keren bangeet
BalasHapusBerbekal masa lalu yang menyakitkan eklim tumbuh menjadi pribadi yang luar biasa dan hidupnya didedikasikan untuk umat ya
BalasHapusYa Allah aku tuh selalu merinding kalau baca tulisan yg menyentuh gini apalagi sosok Eklin yg bangkit dari trauma masa lalunya dan berupaya untuk memberikan sesuatu yg bermanfaat untuk sesama, dengan misi menyebarkan perdamaian
BalasHapusKeren ya mbak bisa bangkit dr pemgalaman buruk aja udah hebat banget. Ni masih bisa menginspirasi dan bermanfaat utk banyak orang. Keren oake banget
BalasHapusMasyaAllah, berawal dari menyembuhkan luka hingga menemukan misi hidupnya melalui jalan dongeng. Kisahnya menginspirasi bahwa selalu ada jalan untuk tujuan kebaikan. Terima kasih sudah sharing, Kak
BalasHapusSaya tertohok, Mba. Beliau bisa dengan semangat memberikan pesan damai dengan uniknya. Buah kerja keras beliau berhasil mendapat buah manis. Ya. setiap individu pun bisa sebenarnya jika ingin ikut serta.
BalasHapusKeren banget semangat positifnya. Dari kisah nyata jadi bisa menjadi impian untuk menyebar kebaikan dan ilmu. Semangat terus ya 💕
BalasHapusWaah Eklin keren sekali. Kepahitan di masa lalu tidak menjadikan dia turut pahit. Namun, ia mampu menjadikan masa lalu sbg pembrlajaran penting agar tidak terjadi kisah yg sama di masa depan. Menurutku Eklin jg memgambil.peran sbg jembatan dr perbedaan2 di Indonesia yg masih rawan menyebabkan gesekan.
BalasHapusKeren dengan semangat dan perjuanganya menyebarkan perdamaian moga bisa ditiru oleh generasi kita yang akan datang ini sebab masa depan Indonesia masih belum tahu lagi, moga kita damai selalu
BalasHapusKeren banget ini Eklin bisa jadi contoh juga untuk yang lainnya ya mbak. Karena dia berkeliling dengan memberikan dongeng kepada anak-anak di Maluku, dengan begitu anak-anak juga jadi lebih semangat untuk menantikan dongeng.
BalasHapusKebayang banget lho kerusuhan Ambon saat itu, dan ngga ngebayangi gimana trauma para penyintas konflik Ambon. Ya pasti puluhan tahun masih akan tetap membekas walau sekarang udah aman. Tapi keren banget yaa upaya Eklin dalam misi Dongeng Damainya sampai bisa menyatukan dua desa konflik. Emang lewat dongeng jadi lebih mudah menyampaikan sejarah biar ngga salah kaprah yang justru nakutin anak2 sih.
BalasHapusEklin, inspiratif sekali dengan mengaca pada konflik masa lalu tergugah untuk mendirikan suatu komunitas dalam keberagaman yang berbeda suku, ras dan agama. Pastilah anak-anak kecil Maluku pun ikut merasakan kegembiraan atas dongeng yang dibawakan. Semoga terus membawa harapan dan perubahan untuk genrasi masa depan dengan berdongeng ya Eklin.
BalasHapusBliau lebih muda dari aku ya kayaknya tahun 98 saat kerusuhan itu aku udah lebih dari 7 tahun 😁
BalasHapusOh jadi sempat ditolak karena latar belakangnya kak Eklin calon pendeta. Tapi nggak berhenti berusaha ya. Keren deh menginspirasi
Keren banget mendongeng untuk perdamaian. Indonesia perlu banyak pemuda kayak begini. Tragedi Ambon itu ngeri sekali, aku aja masih inget meskipun gak lihat foto-fotonya karena menakutkan. Jangan sampe terjadi lagi di Indonesia.
BalasHapusKeren banget ya niat dan konsistensinya dalam menebar kebaikan. Salut dengan orang-orang yang memikirkan orang lain serta lingkungannya seperti ini lho. Bukan hanya sekedar memikirkan, tapi juga mau bertindak.
BalasHapusMendongeng itu membuat anak anak bahagia karena melihat dan mendengar cerita serta membayangkan dengan ekspresi pendongeng yang luar biasa
BalasHapusSaat bertugas ke Maluku, saya pun beberapa kali memperoleh cerita tentang kengerian saat kerusuhan Ambon tahun 99 mbak, pengalaman langsung mereka yang akhirnya harus mengungsi.
BalasHapusTurut senang saya membaca kisah Eklin ini, semoga kedamaian dan kerukunan di Maluku selalu terjaga
Perjuangan yang sangat hebat, Kak Eklin. Dari rasa trauma akan kerusuhan, kembali ke Maluku untuk membuat dan menyebarkan perdamaian lewat dongeng.
BalasHapusTak menyerah meski di awal penuh penolakan. Keren banget sihh..
Trauma memang membawa dampak yg besar dalam hidup seseorang. Tapi jika regulasi emosinya bisa didapat dengan baik, seperti cerita di sini, maka biaa bermanfaat untuk orang lain
BalasHapusMashaAllaa~
BalasHapusTerharu sekali membaca langkah yang diambil Eklin Amtor De Fretes untuk menyembuhkan luka anak-anak di daerah konflik. Bahkan, bonekanya Eklin yang perempuan menggunakan hijab loo..
Jadi sebenernya, melalui dongeng, kita bisa mengajarkan banyak hal, memasukkan kisah positif yang membuat anak-anak menjadi penuh semangat kembali.
Peristiwa kerusuhan Ambon ini menyisakan trauma yang mendalam. Semoga Indonesia damai selalu dan rukun-rukun saja. Terima kasih kepada Eklin yang mendongeng sambil menyisipkan pesan-pesan perdamaian.
BalasHapusMaluku kereen banget aish jadi o
BalasHapusPengen kesana, Indonesia memang kereen alamnya...
Waw... Mas Eklin keren banget aksinya. Dari ditolak akhirnya perjuangannya berbuah manis ya... Alhamdulillah, tidak ada yang sia sia dari sebuah usaha
BalasHapusKereen banget kiprah Eklin , memang apapun kalau dilakukan dengan sepenuh hati bertujuan untuk kebaikan Insya Allah dimudahkan Allah.
BalasHapusSemangat Eklin
BalasHapusSemoga selalu mampu memberikan yang terbaik untuk dunia dongeng di Indonesia
Kalau ke Surabaya, ketemuan sama Trio S ya
Mereka suka sekali dongeng
Jangankan yang mengalami, kita baca/nonton beritanya saja sudah ngeriiii. Salut buat Eklin Amtor de Fretes yang mendongeng untuk perdamaian. Salut juga buat Astra untuk gerakannya yang sangat memudahkan langkah kecil dari Eklin dan yang lainnya dalam membuat perubahan.
BalasHapusTragedi di Maluku memang meninggalkan trauma panjang untuk masyarakat di sana. Da pastinya tidak mudah untuk bangkit dari rasa takut dan kekhawatiran. Semoga langkah Eklin dapat menginpsirasi generasi muda lainnya untuk menjaga perdamaian di Maluku.
BalasHapusSalut sama eklin dengan niat baiknya itu. Aku mendoakan semoga semua dilancarkan dan dimudankan segala urusan eklin. Aamiin
BalasHapus