Halo Kawan,
April yang istimewa sudah tiba. Apa saja keseruan kelas di Ruang Aksara bulan ini? Insya Allah, bulan ini sering terbaru Anak Kos Dodol akan buka pre order. Terus, bakal ada kelas cerita lucu untuk merayakan terbitnya buku ini, hehe. Seru, kan! Tungguin!
5 Tips Mengatasi Kebiasaan Tsundoku (Foto: Free Photos, pixabay.com) |
Kalau aku sih mengusahakan untuk membaca buku setiap hari. Buku apa saja aku lahap. Untuk itu, aku punya jadwal membeli buku khusus sebulan sekali. Sebelum masa pandemi, aku rajin sekali ke toko buku dan membeli satu atau dua buku untuk kubaca. Sayang, saat pandemi aku jarang sekali keluar rumah dan tidak membeli buku.
Berbeda dengan temanku yang juga kutu buku. Ia suka sekali membeli buku apalagi saat ada diskon dan obral buku. Baik offline maupun online. Saking seringnya membeli buku, ia sampai punya beberapa tumpukan buku yang belum dibaca dan masih disegel plastik di rak bukunya.
Surga pencinta buku (Foto: LubosHouska, pixabay.com) |
Tsundoku adalah istilah dari Bahasa Jepang, tunde oku yaitu rajin membeli buku tapi tak pernah membacanya. Istilah ini diperkenalkan sejak zaman Meiji yaitu sekitar tahun 1862. Dan hingga kini belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan tsundoku dalam bahasa Inggris disebut book hoarder alias penimbunan buku. Ternyata, istilah ini tak hanya untuk buku lho, tapi juga untuk pengumpul barang lain tapi tak dipakai seperti kolektor baju, sepatu dan barang lainnya.
Baca Juga: 5 Cara Baca E-book Legal
Apa bedanya dengan istilah Bibliomania? Kalau bibliomania ini juga kegemaran mengumpulkan buku tapi untuk koleksi bukan untuk dibaca. Beda dengan tsundoku yang mengumpulkan banyak buku tapi akhirnya tak dibaca karena kesibukan yang padat atau alasan lain.
Segera baca buku yang kita beli (Foto: Pexels, pixabay.com) |
Selain menghabiskan uang percuma, pohon banyak ditebang sia-sia, kebiasaan mengumpulkan buku ini juga membuat ruangan di rumahmu sumpek, penuh debu dan mengundang serangga semacam rayap untuk berpesta.
Bagaimana mengatasi tsundoku? Ada beberapa tips yang bisa kawan lakukan untuk berhenti jadi tsundoku. Simak yuk!
1. Hanya membeli buku yang kita butuhkan
Ya, belilah buku yang ingin kita baca saja. Ya, jangan tergoda membeli buku yang tidak kita butuhkan karena alasan sedang obral gede.
2. Langsung membaca buku yang baru saja kita beli
Iya, jangan menunda membaca buku baru kita. Soalnya, begitu kita abaikan dan membiarkan buku baru tertumpuk di rak maka kemungkinan besar ia akan terlupakan.
3. Memilah buku-buku di rak buku
Pisahkan buku kesayangan, buku pemberian teman, buku yang tidak pernah dibaca ulang dan buku yang tak bakal kita baca lagi. Nah, buku yang tidak bakal kita baca lagi lebih baik kita singkirkan. Baik dengan cara kita jual kembali, atau dengan cara menyumbangkan ke orang yang membutuhkan.
4. Sumbangkan buku yang tidak dibaca
Ya, buku adalah benda mahal dan berharga. Banyak orang yang tidak memiliki akses ke bahan bacaan. Padahal kita tahu, buku adalah kunci untuk membuka wawasan dan menambah ilmu. Bagaimana kalau buku hanya tersimpan di rak buku kita, saja tanpa dibaca? Ya, sia-sia.
Berikan buku pada yang membutuhkan (Foto: Communication_76, pixabay.com) |
Lebih baik, buku yang tidak dibaca ulang dan tak terpakai kamu sumbangkan ke taman bacaan atau perpustakaan dekat rumah. Bayangkan, betapa banyak orang yang akan membaca dan memanfaatkan buku-buku kamu.
Aku memiliki kebiasaan untuk memilah buku dan menyumbangkan buku secara berkala.
Aku akan memilah buku yang tak pernah dibaca lagi dan memanggil teman yang mengelola taman bacaan untuk mengambilnya. Betapa bahagia mereka ketika menjemput buku-buku ini! Aku pun happy karena rak bukuku kosong dan ada alasan untuk beli buku baru lagi, hahaha.
5. Beralih ke E-book
Ya, zaman sekarang banyak kutu buku yang beralih ke buku elektronik. Buku elektronik dinilai lebih praktis, bisa dibaca lewat gawai kita dan tidak makan tempat seperti buku konvensional. Walaupun bagi aku, kenikmatan membaca buku konvensional tak tertandingi. Kita bisa membeli buku elektronik yang kita inginkan via aplikasi misalnya Gramedia.com, dan Google Play Book.
Kita juga bisa berlangganan buku di aplikasi Gramedia bahkan membaca gratis di aplikasi perpustakaan online seperti Ipusnas dan Dikbud. Walaupun pilihan bukunya tak sebanyak dan seapdet toko buku ya.
Nah, itulah 5 tips mengatasi kebiasan mengumpulkan buku tanpa dibaca alias tsundoku dan book hoarder ya teman-teman! Jadi, jangan ada lagi keluhan kamu menumpuk buku yang masih disegel plastik hingga berbulan-bulan lamanya!
31 Komentar
aku tuh udah mulai mengurangi nih tsundoku dan book hoarder mba. Aku kan sekali beli buku bisa 3-4.. so far selalu yang aku suka dan langsung dibaca
BalasHapusAku juga pilah buku dan kasih ke yang mau atau membutuhkan secara berkala, Mbak. Karena makin ke sini banyak terditraksi jadi ga banyak baca lagi hiks...#alesyaan
BalasHapusTapi masih mending kalau aku beli kubaca bukunya, suamiku beli banyak padahal sibuk, biasa baca kilat atau kadang beli kapan baca kapan, nyaris book hoarder dia . duh!
Aku kayaknya selalu baca sampai abis setiap buku yang kubeli karena pasti penasaran. Paling buku koleksi anakku nih masih banyak yang belum kubaca.
BalasHapushuaaa aku dulu sempat jadi tsundoku,
BalasHapuskhusus buku anak anak, aku menimbunnya, ya emang tujuannya untuk koleksi juga, tapi begitu aku butuh kamar, ternyataaaa buku dan kertasnya numpuk ga karuan!
Akhirnya sebagian dijual dan sebagian disumbangkan. Menumpuk buku di otak sih gapapa yaaaa
Saya jd inget ada beberapa buku yg saya beli tp blm saya baca. Saya memang tdk terbiasa baca buku, jdnya blm tau rasa kencanduan thdp buku itu gmn. Rasanya perlu dicoba spy banyak koleksi, tp koleksi yg dibaca.
BalasHapusTanpa sadar saya juga melakukan Tsunndoku ! Sering ke pameran buku kayak serigala jahat, memborong buku lalu menyimpannya di lemari lalu lupa. Buku-buku masih diplastiki itu masih tersimpan disana sampai sekarang
BalasHapusAku termasuk penggemar buku. Kalau dulu setiap abis beli pasti langsung dilahap bacaan itu
BalasHapusBerbeda dengan sekarang biasanya di beli dulu entah kapan dibaca
Buku lama banyak yg dah lapuk itu sebab suka bingung kalau ingin menyumbangkan nya
Aku hobi baca buku dan punya kebiasaan setia sama penulisnya gitu mbak,
BalasHapusPunya semuaaa koleksinya Sophie Kinsella dan Sidney Sheldon, sama Raditya Dika juga hehe
habis dibeli, langsung dibaca lah pastinyaaa biar gak tsundoku
Aku lagi stop nih beli buku. Udah lama setelah sadar liat ada beberapa buku yang belum dibaca. Kadang juga baca dikit terus gak tertarik lagi buat lanjutin karena merasa B aja, gak sesuai promosinya. Hehe.
BalasHapusSaya suka banget beli buku mbak, tapi semenjak punya anak emang jadi lebih sedikit waktu buat baca buku. Akhirnya sekarang kalau beli buku cukup 1-2 buku saja yang penting habis dibaca. hehe
BalasHapusBagi sebagian orang mungkin mudah tapi bagi sebagian orang lainnya juga sulit ya untuk mengatasi kebiasaan tsundoku hehe.. nice share mbak semoga banyak yang baca tulisan ini ya
BalasHapusHadeuh hadeuh makjleb banget hahaha
BalasHapusAku sebelum pandemi hampir seminggu sekali pasti ke toko buku, hiburan, kdng beli kdng yg penting anak2ku yg aku beliin majalah. Sesekali beli tapi emang pas jd emak2 susah sekali menyempatkan baca, bahkan novel aja gk abis2 dan msh banyak buku yg blm dibuka covernya. Tp pandemi ini jd bikin tobat kok hehehe
Aku termasuk suka borong buku, tapi belum tahu kapan bacanya. Hihi
BalasHapusTerutama waktu book fair, rasanya pengen beli semua. Tapi bingung kapan bacanya.
Padahal dulu baca novel tebel Harr Pot, seminggu bisa kelar
Mungkin akan kuhibahkan saja supaya lemari buku ngga penuh
baru aja bahas tsundoku sama suami karena rak buku mini kami sudah penuh dan 3 kardus full buku di kamar, hahaha ...
BalasHapusdibaca sih, tapi cuma 1-2 bab trus simpan.
Aku kalau mau beli buku bener-bener dipertimbangkan mbak, terutama faktor dibaca atau enggak. Sekarang sedang beralih ke ebook biar nggak repot kalau punya buku banyak tapi nggak terawat. Hehe
BalasHapusAku ga sih. Selama ini, memang rutin beli buku, tp semuanya pasti aku baca. Ada buku yg berulang kali dibaca, tp ada juga yg cuma sekali. Tp ttp semuanya aku simpen rapi setelah baca. Krn dari dulu, cita2ku punya perpustakaan pribadi kayak papa yg memang pecinta buku mba.
BalasHapusIni aku banget, beli buku tiap tahun tapi nggak dibaca. Belum buku-buku yg didapat dari hadiah. Sampai aku merasa sumpek dan akhirnya aku sumbangin. Makanya sekarang lebih suka baca di Gramedia Digital atau iPusnas, itu pun kalo mood baca lagi baik
BalasHapusIya niih...sekarang aku punya kebiasaan baru.
BalasHapusPas pergi ke Gramed, aku selalu cek dulu, memastikan buku itu gak ada di rak digital gramed.
Karena aku uda langganan rutin, jadi asa sayang kalau beli buku versi cetaknya.
Heheh..terus aku hobi nulis (tangan).
Jadi sambil baca, tangannya juga nulis.
Huhu... Saya nih udah jadi tsundoku. Beli buku tapi gak dibaca. Ada juga yang dikasi sebagai hadiah, akhirnya numpuk aja, bahkan dibuka pun tidak.
BalasHapusAku termasuk tsundoku ga ya? beli buku trus lupa dibaca, tp beli bukunya pun jarang. udah jarang beli buku jarang baca pulak * jenis manusia apa aku ini
BalasHapusDi Jepang ternyata ada istilah khusus ya buat orang yang suka beli buku maupun barang-barang lain tapi tidak memanfaatkannya.
BalasHapusAuto ingat... Masih ada beberapa buku yang sudah saya beli lama tapi belum dibaca2, huhu
Btw boleh juga nih tipsnya Mbak. Dan saya juga setuju salah nih, daripada cuma beli ndak dibiarkan tergelatk begitu saja mending disumbangkan gitu dan satu alternatif terbaiknya juga adalah beralih ke E-Book ya
Setuju mbak, sekarang aku beli yang memang siap dibaca. Kalau ebook masih susah nih, lebih nyaman buku sih
BalasHapusAsyiknya mau ada anak kos dodol lagi.
BalasHapusKalau aku sekarang suka numpang baca bukunya anakku buat ngerem hasrat nimbun buku.
ooh..baru tahu nih maksud istilah itu, kirain nama game di hp jadul..*eh..hehe.. nah akhir2 ini aku sepertinya begini deh..ada tumpukan buku2 yg blm tersentuh..hiks.. thx utk tipsnya mba Dew..
BalasHapusAku belum bisa menikmati mbak baca ebook. Kadang aja materi kuliah aku print dan jilid gitu dr ebook krn klo baca ebook tu ga syahdu rasanya hahaha. Aku juga tsundoku berat si tapi alhamdhulilah semenjak pandemi satu persatu buku yg ga sempet dibaca selesai juga dibaca
BalasHapusBalik lg ke niat baca buku apa sih menurutku wkwkwk. Jangan lupa baca ulasan2 sebelum beli, gak cuma ikutan hype aja. Aku mulai beralih ke ebook nih. Semoga ga numpuk juga hehe
BalasHapusKalau ebook kok aku gak pernah khatam ya Makdew. Lebih enakan baca buku fisik. Bisa nyium aroma kertasnya, tangan bisa gerak mbalikin halaman ke halaman. Semoga ga jadi tsundoku deh.... Beli buku sesuai prioritas. xixixi
BalasHapusHahahaa... aku merasa ketabok deh. Book hoarder level kakap nih aku, investasi masa depan tuh Dew, ntar kapan-kapan pasti dibaca atau dipresale. *alasan mulu
BalasHapusIya, untuk buku-buku yang sekiranya hanya sekali baca sudah mulai beralih ke pihak lain nih. Kalau pas ada donasi buku kabar-kabari ya biar pada berpindah tuh buku yang ga kebaca. :)
Ternyata kebiasaan menumpuk buku dan mbaca ntar-ntar, ada namanya ya..
BalasHapusKirain berhubungan dengan Sudoku. Eh, bedaaa.. :))
Aduuuh aku masih suka kalap beli buku nih kadang-kadang, jadi malu tapi aku open peminjaman buku sih buat temen-temen yang mau baca dan pinjem koleksiku
BalasHapusBerasa ketimpuk buku satu lemari hahaha, aku suka beli pas diskon Teh tapi karena pengen juga bikin perpustakaan di rumah untuk disewakan bukunya. Biar pada gemar baca di sekitarku
BalasHapus