Halo Kawan,
Kalian rajin mengikuti rangkaian Festival
Literasi Bacaan Anak Indonesia 2021? Seru-seru banget kan acaranya! Nah, Acara
pembuka festival yang diadakan Grup Penulis Ceria dan Forum Penulis Bacaan Anak
ini menghadirkan pembicara wahid di bidang perbukuan.
Ada Pak Hikmat Kurnia pemilik Penerbit
Agromedia dan Pak Halfino Berry dari Penerbit Syaamil Books. Acara webinar ini
bertema Mengulik dan Menatap Masa Depan Bahan Bacaan Literasi Anak Indonesia.
Menarik banget, kan?
Mengulik Penerbitan Buku Anak di Masa Pandemi (Foto: press 👍 and ⭐ from Pixabay) |
Tak terkecuali dunia perbukuan Indonesia. Awal pandemi, penerbit mengurangi penerbitan buku baru selain untuk penghematan juga karena percetakan tidak boleh beroperasi di masa pandemi. Toko buku pun tutup tidak boleh berjualan. Penulis yang menggantungkan hidupnya pada penjualan buku mumet. Langit runtuh menimpa kepala kita, mungkin begitu Obelix tokoh kartun René Goscinny menggambarkannya.
Baca Juga: 10 Tips Promosi Bukumu Agar Laris
Pandemi telah berlangsung setahun dan kita tidak tahu sampai kapan situasi akan terus seperti ini. Ada keyakinan positif bahwa pandemi akan segera berakhir dengan ditemukannya vaksin dan mulai didistribusikan secara merata untuk rakyat. Tapi, kita belum tahu.
Pak Hikmat Kurnia dari Agromedia (Foto: Webinar FLBAI2021) |
Apakah kita akan terus meratapi nasib malang karena pandemi ini?
Menurut Pak Hikmat Kurnia, Semua penerbit di Indonesia rata-rata berkurang pendapatannya sebanyak 30%-40% sepanjang pandemi. Tapi, hal itu semestinya tak menyurutkan para penerbit untuk tetap melangkah.
Jika pandemi adalah badai, ya sudah, kita harus bermain dengan badai, beradaptasi bagaimana hidup berdampingan dengan badai, tidak menunggu badai reda.
Saat menghadapi pandemi, penerbit
dan insan perbukuan diajarkan cara bermain baru, cara marketing, cara produksi yang
sama sekali baru. Kita semua dipaksa untuk mengubah mindset kita dalam pandemi
ini.
Ya, dunia penerbitan memang
terganggu apalagi selama tiga bulan pertama pandemi karena tidak bisa jalan
percetakan. Yang dilakukan penerbit Agromedia adalah menghitung pola produksi.
Penjualan buku anak terlaris di toko buku (Foto: Лариса Мозговая, Pixabay) |
Jika dulu, menerbitkan satu judul
buku minimal 2000-3000 eksemplar, sekarang berbeda. Sekarang penerbit
menerapkan sistem PO atau Pre Order alias buku dijual dulu baru dicetak. Jadi, penerbit
dan penulis mempromosikan dulu buku yang akan terbit dan membuka pesanan dalam
jangka waktu tertentu misalnya 1 bulan.
Setelah itu, barulah buku dicetak
sesuai pesanan pembaca. Cara seperti ini membuat penerbit dan penulis tahu
bagaimana animo pembaca pada buku ini bagus tidak. Dengan adanya pandemi, toko
buku tutup. Akhirnya, pihak penerbit berhubungan langsung dengan pembaca
sebagai konsumen. Para penerbit menjual bukunya secara online di website dan
Instagram mereka.
Sehingga tanpa diduga lahirlah buku yang hadir berkat kebutuhan konsumen atau pembaca ini. Para pembaca memberitahu penerbit buku apa saja yang mereka butuhkan saat ini dan penerbit berusaha memenuhi permintaan tersebut.
Ya, Permainan benar-benar berubah semua secara drastis. Para karyawan tentu saja harus dikurangi terutama bagian marketing karena toko buku tutup. Tapi perlu diingat, Penerbitan adalah industri kreatif jadi memang pelakunya harus terus berubah, dan bergerak dinamis. Insan perbukuan harus berusaha meningkatkan kompetensi terus-menerus. Penjualan buku anak terbitan Agromedia kenaikannya cukup tinggi di pandemi dan penjualan buku lainnya pun tetap berjalan. Hal ini berarti, Masa pandemi tidak berpengaruh dengan bacaan anak, malah permintaan harusnya semakin tinggi karena mereka di rumah saja.
Baca Juga: Nita Candra Ilustrator Otodidak
So, selalu ada harapan untuk
dunia perbukuan Indonesia. Orang membutuhkan buku untuk hiburan, menambah
wawasan dan pengetahuan. Apalagi, banyak orang tinggal di rumah saja dan membutuhkan
buku-buku berkualitas.
Untuk itu, Insan buku harus siap dengan perubahan di dunia perbukuan.
Para penulis, berusaha semampunya
untuk menghasilkan buku yang baik. Buku yang bisa berkontribusi untuk negara.
Jangan menyerah dengan pandemi ya. Apalagi dunia perbukuan anak. Selama ini,
bahkan sebelum pandemi penjualan nomor satu di toko buku adalah buku anak. Jadi,
potensinya sangat besar. Tak ada alasan untuk para penulis buku anak untuk
menyerah.
Kita harus bermetamorfosis,
menyesuaikan dengan kondisi anak sekarang. Format penyajian dengan masa
sekarang yang sangat digital. Jangan terlalu naif kalau buku itu harus dalam
bentuk fisik. Buku harus diterbitkan sesuai kebutuhan anak. Sesuai zaman,
kebutuhannya apa?
Ya, Kita menulis untuk anak. Tentu saja, kita harus mengenali kebutuhan anak, pelajari. Apa yang anak inginkan? Butuhkan? Sukai? Kita menulis bacaan agar pesan-pesan baik ini bisa tersampaikan pada pembaca.
Penulis harus memamahami kenapa membuat bacaan anak. Jangan menulis hanya untuk menyenangkan diri sendiri. Padahal, kita punya pembaca anak yang harus disenangkan. Makanya, banyak penulis bacaan anak gagal untuk menemukan pembaca.
Pak Halfino Berry dari Syaamil (Foto: Webinar FLBAI2021) |
Salah satunya adalah buku yang
mengajarkan bagaimana anak-anak bisa mandiri, mendapatkan penghasilan untuk
masa depan. Topik buku boleh sama tapi penyajian berbeda akan menjadi daya
tarik tersendiri untuk anak. Misalnya buku AR, atau buku ensiklopedi yang bisa discan
dan ada link ke Youtube dan website terkait. Jadi, tak melulu buku fisik tapi
dikombinasikan dengan digital. Konvergensi media, ada unsur teknologi masuk ke
dalam buku. Buku-buku ini yang akan diminati anak.
Orang tua juga harus berubah. Jangan
ketakutan anak main ponsel tapi harus bisa memanfaatkan gawai dengan sebaik-baiknya. Itu sama
saja dengan ibu pakai pisau di dapur. Bisa bermanfaat, dan bisa berbahaya. Begitu
juga anak bermain gawai.
Hal senada juga diungkapkan oleh
Pak Halfino Berry, dari Penerbit Syaamil Books. Pandemi itu sulit, tapi selalu
ada peluang.
Penerbit Syaamil melakukan mapping untuk kondisi saat ini. Melakukan pemetaan ulang. Berusaha menemukan formula baru untuk terus bertahan di masa ini. Apa kebutuhan konsumen saat ini? Daya beli berubah, cara orang berbelanja pun kini berbeda. Bagaimana posisi anak? Bagaimana peran orang tua? Peran guru untuk pendidikan anak secara jarak jauh di rumah?
Setelah menemukan jawabannya,
barulah kita beraksi. Bikin buku yang tepat untuk kebutuhan baru ini.
Sygma melakukan inovasi dengan
menerbitkan buku herbal karya Zaidul Akbar dengan sistem pre order dan buku ini
pun laku ratusan ribu eksemplar. Jadi, di Sygma Group ada sistem inden atau direct
selling dan hal ini sudah dilakukan jauh sebelum pandemi. Tak disangka,
buku-buku paket untuk anak yang dijual dengan sistem direct selling peminatnya
makin meningkat. Para orang tua membelinya untuk menemani anak-anak belajar dan
bermain di rumah. Jadi, buku-buku anak sebenarnya semakin laris, ya.
Pegiat perbukuan harus menemukan model baru dalam dunia penerbitan. Menerbitkan bentuk buku baru misalnya AR (augmented reality) book. Buku-buku ini harus nyambung dengan kebutuhan anak zaman sekarang misalnya berhubungnan dengan gadget dan teknologi.
Untuk itu, penulis harus kembali
ke dasar. Penulis buku anak harus meningkatkan kemampuannya. Seorang penulis harus
khatam dulu teknik menulisnya. Jika dahulu untuk menjadi penulis andal ada
filter atau saringannya yaitu harus menjajal berbagai majalah dan koran untuk menempa
diri.
Berbeda dengan zaman
sekarang, penulis baru pun semakin mudah
menerbitkan tulisan dan buku tapi kurang mendapat tempaan melalu seleksi ketat
dari redaksi, sehingga mudah berpuas diri.
Semua penulis harus pandai menyikapi
teknologi zaman sekarang seperti internet dan dunia digital. Tapi, skill yang
dibutuhkan untuk menulis tetap sama. Kunci bertahan di masa pandemi ada tiga
yaitu inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.
Penulis keren itu tidak hanya andal
tapi juga kerjanya harus cepat karena ini menyangkut kerja tim dalam
penerbitan. Punya ide keren tapi waktu mengerjakannya enam bulan. Gimana dong? Hehe.
Ketinggalan kereta, Arini.
Ya, kebutuhan penerbit akan naskah
yang baik selalu ada.
Pak Halfino mengaku terus-menerus
mencari para penulis yang mau menyediakan naskah berkualitas. Penulis buku anak
harus berusaha meningkatkan kemampuan dan skill harus dilatih terus-menerus.
Ya, bakat itu perlu tapi kemampuan
menulis harus terus ditingkatkan.
Ia mengingatkan kepada para
penulis bacaan anak agar motivasi menulisnya ditingkatkan, lebih tinggi lagi
jangan hanya sekadar mencari pendapatan. Motivasi dirinya diperbarui, niatnya
untuk menghasilkan karya lebih baik lagi. Niat berkarya adalah untuk beribadah
pada Allah. Untuk berbagi hal yang baik pada pembaca.
26 Komentar
Semoga tahun ini dunia perbukuan bergerak ke arah yang lebih baik. Amin!
BalasHapusera teknologi canggih seperti sekarang, produksi buku-buku berkurang ya, semua bacaan bisa dibaca via online atau berupa file pdf. Semoga ada pergerakan ke arah yang lebih baik ya buat dunia perbukuan
BalasHapusWah, ternyata buku anak masih tetep besar peluangnya yah mbak karena saat ini anak2 lagi di rumah terus. Setuju banget harus adanya inovasi untuk para penulis buku, terutama karena sekarang semuanya sudah serba digital yah mbaaak.
BalasHapusSemoga keadaan segera membaik yah mbaaak
Pandemi memang berat buat semua orang yaa.. Mudah-mudahan kondisi ini segera membaik seperti sedia kala. Soal buku anak, saya sih masih belikan buat anak saya meskipun ndak banyak. Menurut saya, sensasi baca buku fisik dan digital itu tetap berbeda. Semoga dunia penerbitan buku anak cepat membaik ya mbak...
BalasHapusSistem PO ini memang meminimalkan risiko. Miris ya karena pandemi, semua kena dampaknya. Semoga aja keadaan semakin membaik
BalasHapusSemangat untuk teman-teman Penulis Buku Anak! Semoga Pandemi tidak terlalu memberikan dampak yang berkepanjangan, walaupun memang kondisinya berubah drastis pastinya ya. Memang dibutuhkan penyesuaian dan inovasi yang disesuaikan dengan sikon saat ini.
BalasHapussepakat sama Pak Hikma, klo kita menunggu badai covid ini usai, entah kapan krn mungkin Ia masih akan terus ada hingga benar2 terbentuk herd immunity mau gak mau kita beradaptasi dan menjalani dg semampu kita. kondisi ini jg akhirnya menuntut kita semua termasuk penerbitan buku anak utk berinovasi terus yaaa
BalasHapusBetul banget, untuk dapat bertahan, para pelaku usaha buku anak harus dapat melakukan perubahan seiring perkembangan teknologi ya. Semoga makin banyak buku-buku anak yang edukatif dan berkualitas tinggi..
BalasHapus"Jika pandemi adalah badai, ya sudah, kita harus bermain dengan badai, beradaptasi bagaimana hidup berdampingan dengan badai, tidak menunggu badai reda."
BalasHapusSuka dengan kalimat ini, memang ya pandemi akhirnya membuat banyak pengusaha, termasuk penerbitan buku anak untuk menemukan cara-cara baru untuk bisa tetap eksis di tengah pandemi
Dunia penerbitan akhirnya memang perlu adaptatif dan bersinergi dengan teknologi ya mbak. Menarik banget. btw mbak dew pernah nulis artikel ttg step by step nulis buku anak nggak sih, dari ide sampai eksekusi gitu? pengen baca
BalasHapusYa Alloh, aku sedih bacanyaaa. Meski sudah zaman digital seperti skrg ini, aku tetep membelikan buku bacaan untuk anak2, Mbak. Terus semangat buat penulis buku anak dan juga penerbiittt.
BalasHapusPesan Pak Halfino sangat berkesan banget ya mbak, penulis buku anak terutama diingatkan agar menulis bukan karena pendapatan materi. Tapi juga diniatkan untuk beribadah, berbagi hal bermanfaat untuk pembaca. Acaranya keren pasti, narasumber dari penerbit langsung yang sharing kebutuhan buku yang diminati calon pembaca
BalasHapusYa Alloh, aku sedih bacanyaaa. Meski sudah zaman digital seperti skrg ini, aku tetep membelikan buku bacaan untuk anak2, Mbak. Terus semangat buat penulis buku anak dan juga penerbiittt.
BalasHapusPenerbitan juga kena dampaknya ya mbak selama pandemi, bener deh daripada rugi mending kapai sistem PO aja. Semoga para penullis buku anak tetap semangat berkarya juga ya
BalasHapusBeneran sih kak kalo niatnya untuk berbagi insyaallah kondisi sekarang gak akan membuat surut semangat menulis buku ya...
BalasHapusNiar berkarya adalah untuk beribadah kepada Allah. Suka banget kata-kata ini mba. Untuk buku anak, sampai sekarang saya masih rutin beli, soalnya anak lagi dibiasain juga baca buku. Pandemi ini bikin segalanya terdampak ya. Semoga semua cepat berakhir
BalasHapusAku tuh mau nulis buku juga buat anak. Kondisi nyataku yang bikin saya selalu terdistraksi
BalasHapusTernyata proses kreatif untuk membuat buku anak ini gak mudah yaa..
BalasHapusBahkan hitungannya kudu teliti banget, masuk celah mana agar pesan yang ingin disampaikan mudah diterima sang anak.
Ini bagian dari penerbit juga yaa, kak?
Anak anakku sekarang seneng banget kalau baca buku AR. Meskipun buku buku non AR tetap suka. Tapi anak anakku lebih suka buku yang gambarnya banyak, kalau bisa berupa komik edukatif
BalasHapusAcara yang seru banget deh FLBAI ini. Nambah wawasan pula. Aku jadi termotivasi. Kepengen juga bisa nulis buku anak lagi.
BalasHapusiya juga ya mbak, buku pun beradaptasi dalam pandemi. Memang sekarang ini semakin banyak buku pintar yang gambarnya bisa muncul, ada suara, dan sebagainya. Tapi aku sendiri lebih sreg memberi buku konvensional ke anakku. Jarang-jarang aja untuk tipe buku mix digital seperti di atas.
BalasHapusWell noted, penulis buku bacaan anak-anak harus concern terhadap audiens pembacanya. Jadi wajib banget untuk membuat tulisan yang bisa dinikmati oleh anak-anak karena memang anak - anak yang harus disenangkan dengan buku bacaannya tersebut
BalasHapusJaman sekarang penulis juga harus rajin mempromosikan karyanya ya, Mbak. Ini yang sedang saya pelajari. Bagaimana membangun branding diri yang tepat, sehingga suatu saat nanti ketika harus menjual buku sendiri sudah tahan bantingan. Infonya keren banget.
BalasHapusMemperbaiki niat dulu, pendapatan mengikuti kemudian.
BalasHapusHiks sedih deh sekarang juga ada penerbit yg sistem nya pindah bukan royalti lagi tapi dari 2000 buku yg dicetak, penulis dapat sekian juta. Baru kalau nanti cetak ulang lagi, dapat sekian juta lagi. Pandemi memang berat untuk semua ya
BalasHapusBener banget, meski sekarang jaman e book, tp konvensional penerbit gini harus tetap ada. Masih ada yg minat, harus banyak cari strategi
BalasHapus