Halo Kawan,
Masa pandemi ini, kepopuleran novel-novel yang ditulis di platform online makin menjulang. Begitu juga penjualan e-book di Google Play Store. Salah satu penyebabnya mungkin kita tak bisa sebebas dahulu untuk pergi ke toko buku membeli novel-novel cetak. Walaupun toko buku online pun saat ini menjamur jadi tak bisa membeli buku offline, kita bisa memesan buku secara daring.
Baca Juga: Kelas Feature Januari 2021
Ya, zaman terus berubah.
Teknologi terus berkembang. Termasuk di dunia penerbitan. Selera dan pilihan
pembaca pun terus berubah. Sebagai penulis kita harus bisa mampu beradaptasi,
ya. Jika sebelumnya, membaca novel online di platform semacam Storial, Wattpad,
dan Kwikku masih dipandang sebelah mata oleh pembaca konvensional.
“Enak baca buku cetak, mata tidak
sakit.”
“Novel online nggak bisa dibaui
kayak buku cetak.”
“Baca novel online repot kudu
beli koin.”
Kini, generasi milenial yang lahir tahun 1980-2000 banyak yang memilih membaca novel online dengan alasan kepraktisan dan pilihan lebih banyak.
Membaca novel online di
platform pun dianggap lebih murah daripada membeli buku cetak karena bisa
dibeli per bab. Jika lanjutannya tak menarik, ya tak usah dibeli. Tidak zonk
seperti membeli novel cetak dan ternyata isinya mengecewakan. Duh, rugi dong
ya!
Sekali lagi, ini zamannya novel online. Para penulis buku harus mulai beradaptasi. Apalagi, situasi seperti ini penerbit agak mengerem pencetakan buku karena berbagai pertimbangan. Buku saya diundur cetaknya karena salah satunya karena pandemi, daya beli masyarakat untuk buku agak menurun.
Duh, masa kita berhenti berkarya
karena pandemi? Penulis terkenal seperti Tere Liye dan Dee Lestari saja melirik
platform buku online. Jika Tere Liye menjual e-book nya di
Google, Dee Lestari menjual karyanya RapiJali di Storial dan menimbulkan
kehebohan di sana. Para penggemarnya antusias ingin membeli karya Dee dan
membeli koin duluan sebelum karyanya diunggah! Daebak!
Yup, ini saatnya para penulis
menjajal platform baru seperti novel online untuk menerbitkan
karya. Ya, memang masih banyak keengganan di kalangan penulis novel. Merasa
prosesnya ribet dan sulit, cara penulisannya berbeda, dibandingkan menulis
novel biasanya. Ala bisa karena biasa. Mungkin karena kita belum terbiasa
menulis di platform ini?
Setiap platform memliki aturan dan sistem penerbitan sendiri. Sebelum kita terjun, sebaiknya baca aturan penerbitan buku di platform yang kita tuju. Kita bisa membandingkan beberapa platform yang ada dan memilih mana yang kita rasa cocok untuk kita. Kita juga bisa aktif bertanya pada teman-teman penulis yang sudah lebih dulu terjun di bidang novel online ini.
Baca Juga: Kelas Blog Pemula Februari 2021
Sebelum masuk platform, kita harus mengetahui dengan baik. Apakah naskah ini kita bagikan gratis atau berbayar? Bagaimana caranya agar naskah kita bisa berbayar? Alias premium? Apakah susah penarikan dananya dan minimal berapa agar dana bisa ditarik?
Yang terpenting, apakah naskah kita terikat kontrak ketat di platform? Misalnya
novel harus tetap ada selama dua tahun di platform, atau bisa ditarik dan
diterbitkan penerbit lain kapan saja?
Jangan sampai kejadian, kita menyesal menerbitkan naskah buku di sana karena tak ada pembacanya tapi tak bisa ditarik karena aturannya dikontrak selama tiga tahun, misalnya. Terus, kita misuh-misuh di media sosial. Tentu saja ini bisa merugikan kita sebagai penulis ya.
Beberapa waktu lalu, aku
melemparkan pertanyaan di sebuah grup WA penulis platform online. Apa sih
yang membedakan novel konvensional dan novel online?
Seorang penulis novel produktif,
Achi TM misalnya mengaku membutuhkan waktu beradaptasi sekitar 6 bulan mengenali
karakter pembaca novel online. Menurut Achi TM, perbedaan mendasar antara novel
online dan novel cetak adalah pada gaya tulisan dan proses mencari
pembaca buku kita. Karakteristik pembaca novel di platform berbeda dengan
pembaca buku konvensional.
Menurut penulis novel Insya Allah Sah ini pun belajar bagaimana menulis di platform online diantaranya adalah tidak banyak penggambaran suasana dan setting, setiap bab harus ada konflik yang mengikat pembaca, dan update rutin novel kita minimal seminggu dua kali. Dan yang paling penting, harus rajin promosi. Itulah kunci untuk eksis jadi penulis platform, Kawan.
Hal senada diutarakan oleh Hanin
Humayro, penulis peraih peringkat platinum di aplikasi KBM saat sesi sharing Zoom
bersama KBM. Menurut Hanin, setiap penulis platform harus pintar menemukan
ketegangan dan konflik di setiap bab bukunya. Hal ini tentu berbeda dengan
novel cetak. Lebih mirip dengan sinetron atau drakor nggak sih? Jadi, pembaca
dibuat nggak sabar dan penasaran untuk menantikan bab selanjutnya dari penulis,
ya.
Menurut Dee, keunggulan platform novel online ini juga memudahkan penulis novel untuk mengetes minat pembaca pada ide kita. Tes pasar ya istilahnya.
Hal ini berbeda jika kita menerbitkan
novel konvensional. Interaksi pembaca juga lebih langsung ya? Pembaca bisa
langsung memuji dan mengkritik, berpendapat apapun di bab yang mereka sedang
baca.
Sedangkan menurut Mbak Laura Ariestanti, waktu fokus pembaca novel online pun lebih pendek. Hanya sekitar 7-8 menit untuk membaca satu bab. Lebih dari itu, biasanya mereka akan bosan. Singkat banget ya? Karena itu ia biasanya menulis satu bab hanya 1200 kata.
Hal ini membedakan dengan novel cetak yang pembacanya senang berlama-lama menikmati bacaan dan senang menikmati permainan kata.
Jadi, kemungkinan penulis seperti Andrea Hirata dan Sophie Kinsella
yang senang bermain kata harus beradaptasi lebih lama untuk bisa menulis di
platform ya. Hehe. Kalau novel online biasanya deskripsi singkat, banyak dialog
dan konfliknya.
Tak hanya itu, sebagai penulis novel
online kita harus rajin dan rutin mengunggah karya. Seperti kata Achi TM seminggu
dua kali minimal. Jadi, pembaca tetap terikat dengan cerita kita. Jangan seperti
aku nih yang mengunggah bab baru seingatnya. Pantas saja pembaca bukuku
sedikit, huhuhu.
Bagaimana soal promosinya? Ya, penulis novel online memang harus lebih ekstra menggaet pembaca. Penulis novel laris seperti Achi TM pun harus bekerja ekstra keras untuk mendapatkan pembaca novel onlinenya. Kita harus rajin membagikan link buku kita ke berbagai media sosial, rajin mempromosikan karya kita. Memang tak ada yang instan sih di dunia ini termasuk menulis di platform novel online.
Tapi, hasilnya memang menggiurkan apalagi di masa pandemi ini. Misalnya saja Hanin yang meraih seratus juta rupiah di platform KBM App. Serta banyak kisah sukses penulis lainnya. Bagaimana kawan, tertarik? Ayo, mulai mengunggah karyamu di platform novel online dan promosikan karyamu! Semoga sukses!
Foto: Pixabay.com
36 Komentar
wah bener banget, aku juga agak kurang nyaman membaca novel yang agak panjang secara online, tapi kalo berbentuk cetakan atau buku misalnya, bisa kubaca sampai selesai dan kuhayati kata per kata
BalasHapusPada akhirnya novel di platform itu harus dikemas lagi jika mau dicetak, ya. Beberapa novel yg kubandingkan semisal SENIOR banyak mengalami perubahan dan jadi lebih ebak dibaca format cetaknya drpd format digitalnya
BalasHapusAku juga nggak suka baca novel online yang terlalu panjang. Biasanya aku paling suka baca novel online di Wattpad. Bacanya pun seminggu dua kali dan setelah itu selalu dibikin penasaran dengan bab selanjutnya.
BalasHapusNovel online memang makin banyak ya mba dan aku sempat baca lumayan banyak. Tapi jujur aku lebih suka baca buku original hehehe
BalasHapusaku tuh memang dulu suka banget baca novel tapi sekarang ini aku udah mulai jarak baca novel ternyata ada juga ya bedanya novel seperti ini
BalasHapusAh, jadi kangen nulis novel Mak. Tapi waktunya itu lho, apalagi sekarang buka Sekolah Ibu meski muridnya Anak Lanang tok hahaha
BalasHapusBetul mba, di masa pandemi ini mau tidak mau pembaca pun akan beralih ke daring ketimbang membeli buku di toko buku. Termasuk diriku yang penikmat setia KBM.
BalasHapusWaah menarik banget dunia platform novel pengen menjajal jadinya kaaan...
BalasHapusTerima kasih tips2nya mba..jadi nambah tahu tentang novel.online ini.. Oya, apakah novel sudah jadi lalu diunggah perbab secara berkala atau pembuatan novel mengikuti perkembangan respon pembaca pada bab2 yg telah diunggah?
BalasHapusWih peluang yang menggiurkan untuk para penulis ya. Jadi pandemi tidak menghalangi para penulis berkarya
BalasHapusHuwaa peer banget ya ini, sejak nerbitin novel cetak fisik dan sekarang udah banyak bermunculan yg versi platform online, aku blm bisa adaptasi untuk ikut nulis di platform online juga, padahal setidaknya kudu nyoba ya Mba, biar tahu gimana di sana kudu gaet pembacanya
BalasHapusPlatform untuk menulis novel online sekarang udah banyak ya. Dan untuk membeli sistem koin juga, kemarin sempat sahabatku tawarin untuk ikutan cuma belum saya iyain :D masih senang membaui novel bentuk buku hehehe ...
BalasHapusTapi, adanya platform online ini justru menurutku membuat penulis lebih mudah ya untuk publish ceritanya.
Sudah lama tidak membaca novel, baik cetak dan online.
BalasHapusTapi memang benar, novel cetak itu asyiknya bisa ditandai untuk dibaca berulang-ulang ya.
Jadi ingat waktu baca novel mba Maria A. Sarjono.
Suka beberapa bagian aku tandai, hihihi.
Iya sekarang jamannya digital semua ya mb.. penulis hrs bisa mengikuti perkembangan jaman. Aku blum tertarik sih bc novel online..lbh suka yg cetak. Soalnya g kuat natal layar lama2..tp buat penulis novel ini bisa jd peluang baru ya..
BalasHapusJaman digital semua menyesuaikan ya, Mbak. Termasuk para penulis novel cetak. Semua belajar dan harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
BalasHapusAku pernah sesekali membaca novel online, dan benar sih, gak cukup lama bertahan dibandingkan dengan novel cetak .
Dan penghasilannya fantastis juga ya. Semangat para penulis novel digital/ online.
Mau nggak mau memang harus adaptasi ke selera yang sesuai dengan jamannya ya. Semoga aja makin banyak yang nyaman menulis di platform online gini.
BalasHapusAku pribadi lebih suka baca novel yang berbentuk buku mbak.. mungkin karena mata juga kurang bersahabat kali ya kalau melihat layar terlalu lama. jadi kalau novel online terlalu banyak halamannya suka gak selesai-selesai bacanya
BalasHapusNah kalau dari sisi pembaca aku juga sealiran nih sama Novi. Pengaruh usia sih sebenarnya, plus romantisme membaca buku cetak sambil cium2 kertasnya. :)
Hapusaku termasuk yang suka baca novel online sampe berbayar,,, total 4 aplikasi ada yang sistem koin, poin dan saldo... atau beli putus kayak google read. aku ga pernah kefikiran gimana strugglenya para penulis novel online ini buat promosiinnya,,, gara-gara baca ini aku jadi lebih simpati lagi karena mereka ngakalin gimana para pembaca online sepertiku lebih nyaman dan ga bosen baca ceritanya...
BalasHapusKBM itu aplikasi apa mba? buat baca novel online gt ya? pake koin macam webtoon gt kah?
BalasHapusIya, ada cerita yang gratis dan ada yang berbayar pakai koin...
HapusAku kemarin coba baca novel online. Kagum sama penulisnya yang menuliskan dengan bebas apapun imaji mereka, tanpa takut kena pakem apapun.
BalasHapusKalau buku cetak, aku jarang menemukan novel dengan bacaan yang terbilang berani begitu..
**mungkin sebenarnya bukan genre yang kusukai siih...
Saya punya akun di KBM App tapi hanya untuk membaca, dan kabar buruknya saya belum bisa sepenasaran ketika membaca bukunya langsung.
BalasHapusMungkin faktor mata yg gampang lelah jika berlama-lama di depan layar monitor.
Saya baru tahu alur penulisan novel online ternyata bisa diupload per bab, ya? Tapi sebelumnya harus sudah selesai seluruh babnya, kemudian diupload secara berkala, atau memang bisa kalau bab berikutnya dibuat berdasarkan respon pembaca? Apa pun itu semoga penulis novel tetap semangat berkarya yaa.
BalasHapusIya, ada yang sudah menulis seluruh naskahnya baru diunggah, ada juga yang nulis on going mbak..
HapusKalau lihat temen2 yang mulai nulis novel kaya di wattpad, atau storial gitu, pengen juga deh.. Apalagi kalau dapet pembaca banyak dan ada kesempatan untuk difilmin atau dijadikan buku.
BalasHapusTapi ya gitu, pengen doang. Kalau disuruh ngejalanin kayaknya bukan passionnya
Novel online, tak bisa dihindari jika kecenderungan menggunakan gadget dan kebiasaan online lainnya pun berdampak pada kebiasaan membaca novel secara online. Dan suatu hari nanti, mungkin saya juga harus membiasakan diri utk bisa nyaman dengan cara membaca online (saat ini masih prefer baca buku versi cetakan fisik.hard copy)
BalasHapusSekarang nih, saya aja suka baca novel online kok mbak... Soalnya kalau online enak bisa dibaca di manapun tanpa perlu bawa bukunya
BalasHapusAku termasuk yg pilih-pilih kalao mau baca novel digital mbak. Emang bener sih ya, setiap bab paling nggak harus ada konfliknya karena kali datar gitu yg baca juga bosen sih ya
BalasHapusAndai disuruh memilih yuni mah senengnya baca novel yang minjem di perpustakaan online itu. Sekali baca bisa langsung habis. Nggak mesti dibuat penasaran kayak di platform. Tapi menyenangkannya baca novel cetak tu kita bisa memeluk novelnya. Apalagi kalau kita pas suka sama tokohnya. Kan berasa pingin meluk dia. Hehehe
BalasHapusWah, memang harus beradaptasi dengan selera jaman digital ya. Jadi tergerak untuk segera mencoba menulis serba singkat, seperti tips-tips bernas di atas ^^
BalasHapusNovel online harus bisa membuat rasa penasaran pembaca semakin mencuat. Kalau tinda ya bakal ditinggalkan. Heheh
BalasHapusWaw ... Aku kudu belajar banyak nih. Selama ini udah ngerasa males aja mau bikin novel lagi
BalasHapusTerima kasih, Mbak... Jadi dapat insight seputar platform online. Pengen nyoba nulis di salah satu apps tapi belum berani nyoba ��
BalasHapusAku pun sekarang jadi lebih suka baca novel online, terutama karena kadang ada diskon beli ebook atau pinjam di ipusnas
owh jadi lebih pendek gitu kalau baca online ya mba, ya memang karena mata cepat lelah juga kalau bacanya di layar., beda dengan kalau baca di kertas ya Mba
BalasHapusZaman berubah dan semua orang, profesi apapun termasuk penulis, harus bisa beradaptasi mengikuti perkembangan zaman yaaa...
BalasHapus